Customer service,, menurutku juga adalah profesi yang mulia.
Ya, kusebut profesi karena memang butuh keahlian khusus untuk menjadi seorang customer service.. yang baik.
Karena customer service yang baik, adalah juga aktris yang luar biasa berbakat.
Have I told you that i've been a customer service when I was in college ..??
No,, bukan customer service yang memakai nice uniform, high heels dan rambut yang disanggul rapi.
Aku hanya seorang mahasiswi yang bekerja di rental VCD / DVD.
Oh, it's awesome ..!
Motivasi utamaku bekerja di rental yang baru belakangan ini kuragukan halal-haramnya itu -you know piracy- adalah :
1. Supaya aku bisa nonton film gratis. Dapat software dan game terbaru gratis. Setiap hari.
2. Sebagai justifikasi kenapa kuliahku tak juga selesai.
Atau mungkin sebenarnya, aku bekerja karena kuliah tak selesai, atau kuliahku tak selesai karena aku bekerja. Entahlah, sumpah itu bagus untuk pembelaan, tapi susah dicari jawabannya, seperti mencari apa yang lebih dulu, telur atau ayam.
Nah...
Sejak bekerja di Disc Rental itulah, aku mulai menghargai profesi customer service, pramuniaga, sales counter, dan semua jenis pekerjaan di bidang jasa... Pekerjaan yang berhubungan dengan melayani tamu, pelanggan, atau pengunjung yang biasanya selalu cerewet.
Aku merasakan bagaimana dilecehkan, tidak dihargai, direndahkan, diperlakukan seperti pelayan, dianggap bodoh .. bahkan ada beberapa yang kaget tak menyangka bahwa kami ini adalah mahasiswa, juga.
Huh,,
Itu cerita tak sukanya, cerita suka ...
Banyak.
Dari mulai CD / DVD gratis itu, sampai berkenalan dengan teman baru, mendapat tawaran pekerjaan yang lebih baik, atau yang paling seru adalah,, date!
Jadi, sejak itu...
Aku tak pernah membiarkan baju di toko tergeletak begitu saja setelah kulihat-kulihat, sama seperti akan senangnya aku bila ada pelanggan yang mengembalikan katalog DVD ke tempat semula.
Aku tak pernah memburu pelayan yang lambat mengantarkan pesanan makananku, karena aku tahu pasti ada beberapa faktor yang memperlambat.
Aku selalu meminta dengan tersenyum, sama seperti yang kuinginkan dari pelanggan yang mencari CD/DVD.
Aku selalu complain dengan ramah, sama seperti yang kuinginkan bila ada pelangganku yang complain.
Bukan apa-apa.
Aku hanya tak ingin mereka menyumpah di belakangku. Tak ingin aku menjadi bahan gosip saat CS-CS ini makan siang. Tak ingin jadi bahan gerutuan.
Sama seperti yang kami lakukan bila menemui pelanggan-pelanggan yang menjengkelkan semacam itu.
Tetapi liburan kemarin, aku tersentak kaget sendiri.
Ternyata, sekarang setelah aku tak lagi bekerja menjadi "pelayan tamu", aku sekarang berubah menjadi monster itu lagi, monster yang paling dibenci setiap CS.
Suatu hari di akhir liburan kemarin, di sebuah Factory Outlet yang sangat ramai, saat aku mengelilingi tempat besar itu mencari oleh-oleh sampai rasanya kepalaku pusing, aku menyadari bahwa aku telah menzolimi Pramuniaga di sana.
Rupanya tanpa kusadari, demi mengejar waktu check out hotel, aku telah mengobrak-abrik banyak baju, celana, dress, tanpa excuse kepada mereka.
Cuek.
Begitu tahu bahwa itu bukan barang yang cocok, langsung kutinggalkan begitu saja. Atau meletakkannya lagi di tempat terdekat, berantakan, tak peduli kekacauan kecil yang mungkin telah kusebabkan.
Aku tertegun di suatu saat, ketika aku menoleh lagi ke belakang, dan melihat di sana, gadis-gadis ABG itu, meraih baju yang tadi kugeletakkan, melipatnya lagi dengan rapi, dan menaruh kembali ke tempat semestinya.
Dalam diam.
Aku tak tahu apakah dalam hatinya dia menggerutu.
Tapi yang kulihat, sepertinya dia ikhlas.
O My God.
Aku jadi teringat, di tempat lain, di situasi yang lain, telah beberapa kali hal seperti ini kulakukan. Disadari ataupun tidak.
Ketika wisuda, aku protes tak karuan waktu si Tukang Salon yang terkenal itu mendandani wajahku dengan eye shadow warna emas dan lipstick merah..!!
Katanya, untuk disesuaikan dengan kebayaku yang bernuansa hijau emas.
Katanya, warna lipstick itu bagus difoto.
Aku menjawab dengan emosi tak kira-kira, "Aku tak butuh bagus di foto, yang penting adalah apa yang dilihat orang secara langsung saat berhadapan dengan aku!"
Saat bertemu Mama di gedung tempat wisuda, aku mencak-mencak lagi, "Tau gitu aku dandan sendiri. Udah bayar mahal-mahal."
Mama hanya berkata, "Sudahlah, itu rejeki orang yang diberikan Tuhan melalui kita."
Ya. Aku terdiam. Itu kebenaran.
Tapi seminggu kemudian aku kumat lagi, saat berhadapan dengan travel agent.
Waktu itu aku memesan tiket untuk temanku. Permasalahannya adalah, ketika semua kupikir sudah beres, tiket sudah dibayar, nomor kursi sudah didapat, alamat penjemputan sudah jelas.
Ternyata, di menit terakhir temanku diberitahu melalui telepon, bahwa kursi yang diperuntukkan padanya, sebenarnya telah terisi, bahwa temanku ini sebenarnya ada di waiting list.
Nah, bila kau jadi aku, apa yang akan kau lakukan ??
Ya, menelepon dan mulai mencecar dengan suara yang kubuat setegas-tegasnya.
Dan aku mendapatkan apa yang kumau. Tapi setelahnya, ketika kepalaku sudah dingin, I felt so bad.
Dan ingatan itu membawaku lagi pada peristiwa-peristiwa lain.
Aku lupa.
Aku lupa bahwa mereka juga manusia biasa.
Aku lupa bahwa dulu, aku pun pernah melakukan kekeliruan ketika melayani pelanggan.
Aku akan kehilangan konsentrasi bila aku lapar
Mukaku akan tertekuk sedih bila aku patah hati.
Aku akan sulit tersenyum bila suasana hatiku tak enak.
Gerakanku menjadi lamban bila aku terlalu capek.
Aku pun pernah berada di posisi yang sulit saat permintaan pelanggan berada di luar batas wewenangku.
Aku lupa, bahwa permintaan secerewet apa pun, complain yang seburuk apa pun, akan tetap terasa menyenangkan bila si pelanggan datang dengan tersenyum.
Dengan ucapan kecil seperti kata "sorry loh, jadi repot.", atau.. "duh, jadi berantakan."
Atau kemudian diakhiri dengan ucapan manis, "terimakasih."
Jadi hari itu, aku masih melihat gadis ABG itu di mana-mana, membereskan kekacauan yang dibuat oleh sekian banyak orang.
Aku tergerak untuk mendekatinya dan sekedar berbasa-basi. Ketika seorang Ibu di sampingku berkata, "Kok repot, Mbak.. That's what they're paid for."
Aku memandang gadis itu lagi,, how much...??
Wednesday, April 15, 2009
blog comments powered by Disqus