Tuesday, January 27, 2009
27 Januari
Today is my Mom's birthday.
Bagiku, ini adalah Hari Ibu yang sebenarnya ...
Bangsa kita menyediakan hari khusus, setiap tanggal 22 Desember, untuk memberikan kesempatan kepada semua anak -tua dan muda, besar dan kecil- di Indonesia untuk mengucapkan kepada Ibunya : "Selamat Hari Ibu."
Kadang diikuti dengan ucapan, "I love you, Mom," .. atau "terima kasih"
Dan juga menyedihkan, karena sejatinya peringatan Hari Ibu ini mengalami pergeseran yang luar biasa. Seharusnya hari itu diperingati untuk mengenang jasa perempuan dalam upaya memperjuangkan kemerdekaan, memperjuangkan keseteraan perempuan dengan laki-laki, untuk membela hak kaum perempuan .... Bukannya diperingati dengan hal-hal tradisional seperti lomba memasak, lomba kebaya, atau merangkai bunga, yang hanya semakin menegaskan asumsi orang-orang yang dangkal tentang di mana perempuan seharusnya berada.
Kau mungkin tahu apa itu, dapur dan kasur ..!
Menyedihkan !
Dan membangkitkan emosi !!
Berawal dari Kongres Perempuan yang pertama kali diselenggarakan di Yogyakarta pada tanggal 22 - 25 Desember 1928. Kongres pertama yang mengangkat isu kesetaraan gender antara perempuan dan laki-laki, mengangkat kembali emansipasi wanita yang digadang R.A Kartini.. Di sana, Perempuan Indonesia menyatakan dan berjuang bersama-sama kaum lelaki dalam upaya mencapai kemerdekaan.
Kemudian, untuk mengenang hari bersejarah saat perempuan bersuara itu, pada tahun 1958 Presiden Soekarno mencanangkan 22 Desember sebagai Hari Ibu.
Di sinilah asal masalahnya.
Kenapa ?
Kenapa menyebutkan Hari Bersejarah itu sebagai Hari Ibu ?
Kenapa bukan Hari Perempuan Indonesia, misalnya ??
Atau Hari Kebangkitan Perempuan ??
Bukankah kita punya bahasa yang kaya ??!
Bila demikian, tentu sekarang-sekarang ini tidak akan ada suatu hari yang diperingati dengan mengadakan lomba masak yang konyol itu. Tidak akan ada ritual aneh saat pagi hari di tanggal tersebut, di mana anak-anak dan ayah membangunkan Sang Ibu dengan breakfast on bed, membebaskan beliau dari tugas domestik, dan memberikan kado berupa alat masak atau make-up yang paling baru ..
Percuma, treat her like a Queen pada satu hari itu, sementara keesokan harinya, tetap saja Ibu harus bangun paling pagi. Tetap saja, menjadi tukang masak, menjadi tukang cuci, menjadi tukang bersih-bersih, menjadi sasaran kekesalan saat hari si anak dan si ayah tidak berjalan sebagai mana yang mereka inginkan.
Tetap saja, kembali pada peran di dapur dan kasur.
Atau, bila Sang Ibu bukan Ibu Rumah Tangga, melainkan seorang wanita karir yang sibuk .. Tetap saja, beliau disalahkan karena tidak menjalankan peran domestiknya..
Lagi-lagi, dapur dan kasur ..!
Hari Ibu, bukanlah Mother's day.. seperti yang diperingati oleh mereka-mereka di Barat yang katanya maju itu. Kita punya konsep yang lebih hebat dari pada itu. Kita, memandang perempuan sebegitu tinggi sesuai dengan maksud penciptaannya. Kita, memandang perempuan seutuhnya sebagai pribadi dan sumber segala kekuatan, bukan hanya sebagai seorang Ibu.
She's not just a mother !
Bagiku, 27 Januari-lah hari paling bersejarah itu.
Hari Ibu-ku
Hari Perempuan Perkasa-ku
Hari, saat seorang wanita yang merupakan refleksi dan perwujudan sempurna gagasan dan hasil dari Kongres Perempuan, lahir ke dunia.
Bagiku ...
Dia, domestic goddes sekaligus business woman
Dia, yang sanggup menjalankan peran Ibu sekaligus Ayah
Dia, yang punya kekuatan seorang wanita sekaligus laki-laki
Dia, yang bisa menjadi pendengar dan pembicara
Dia, maha guru sekaligus murid yang baik
Dia, yang paling bijaksana dari semua filsuf yang pernah ada
Dia, segalanya yang terbaik yang mungkin bisa kuharapkan ada di dunia ...
Aku mencintaimu, Ibuku
Aku mencintaimu, Ibuku
Aku mencintaimu, Ibuku
Dan aku mencintaimu, Ayahku ...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
ulun gen mencintai mama jua.....
ReplyDeletehttp://alzamzam.blogspot.com/
Satu kata yg bermakna sangat dalam ini aq tujukan untuk seorang ibu tercinta, ibu, bukan berarti beliau hax sekedar pajangan, hanya saja panggilan itu yang akhirnya membawa aq pada keharmonisan sebuah keluarga....
ReplyDeleteEntah itu diperingati atau tidak, yg jelas seorang ibu membuat aq to bahwa ibu di ciptakan ALLAH untuk memberikan kenyamanan kepada anak2x.....
Terlepas dari menyebutkan Hari Bersejarah itu sebagai Hari Ibu ?
Kenapa bukan Hari Perempuan Indonesia, misalnya ??
Atau Hari Kebangkitan Perempuan ??
Bukankah kita punya bahasa yang kaya ??!
yg jelas ibu hax mengharapkan anak2 bahagia dunia akherat.......
Wah, ternyata hari Ibu-kita sama ya, mbak Muzda, 27 Januari.
ReplyDelete@ Animusparagnos :
ReplyDeleteWow,, menyenangkan ..
Sepertinya Ibu kita sama-sama hebat ..
:D
@ Igoe :
Selalu ada cara untuk membuat Ibu bahagia..
Jarak, waktu, dan ruang bukan batasan ..
(COmment ini juga kutujukan untuk diriku sendiri)
bagi setiap anak, seorang Mamak/ibu/bunda/mama atau apalah sebutannya yang telah melahirkan kita dari rahimnya adalah "Manusia Super" yang diharapkan untuk dapat dijadikan IDOLA dan serta panutan terbaik.
ReplyDeleteapa salahnya seorang perempuan/istri/ibu yang berada di dapur?
apa hinanya seorang perempuan/istri/ibu melayani dikasur?
apa dosa perempuan sehingga harus dipaksa disamakan hak-haknya?
bukankah penindasan/ketidakadilan itu muncul karena buatan manusia akibat penafikan Norma-norma dan Hukum Tuhan?
saya melihat "persamaan" antara laki-laki dan perempuan ketika saya telah berada dalam sebuah ikatan Pernikahan. dan sayapun sedang dalam usaha menjalalaninya dengan kemampuan untuk tidak bergeser dari itu. disana telah sangat sempurna di atur Hak dan Kewajiban Suami-Istri.
"Dan janganlah kalian melupakan keutamaan di antara kalian, Sesungguhnya Allah Maha Melihat segala apa yang kalian kerjakan." (A1-Baqarah: 237).
wasssalam.
dhea