Ibuku tadi menelpon, mengucapkan selamat hari lahir yang ke-3. Beliau merayakan hari ini sebagai hari kelahiranku kembali setelah hilang pada gempa bumi 27 Mei 2006.
Ouwh, sebelum kau kaget dan berpikir bahwa aku benar-benar salah satu dari korban hilang, kurasa aku harus menjelaskan dulu bahwa hari itu aku baik-baik saja. Jam 6 pagi itu aku terloncat dari tempat tidur lalu lari keluar rumah, sama seperti orang-orang lain, aku pun mengira Merapi njeblug.
Aku tak pernah hilang. Aku jauh dari sumber gempa.
Aku hanya hilang dari radar Ibuku, tak bisa ditelepon, tak ada kabar.
Mama menonton berita di televisi sepanjang hari, mendengar gosip tetangga yang mengatakan bahwa ada korban berbaju merah yang mirip aku sedang dievakuasi.
Panik, sedih, menangis, meratap dan tak henti berdoa untuk keselamatanku.
Sungguh pilu, merasa begitu kehilangan, padahal permasalahan sebenarnya adalah, hari itu tak ada sinyal telepon di Jogja. Mati.
Tengah malam, hampir dini hari, baru aku berhasil menelepon.
Dan sejak itu, Mama menyatakan 27 Mei sebagai hari kelahiranku kembali.
Suka-suka Mama lah, toh Beliau memang melahirkan aku ..
Reborn.
Keren kan ? Berapa banyak orang yang punya dua.. tiga tanggal lahir ?
Aku pun pernah "terlahir kembali" ketika aku masih bayi. Aku sakit parah dan dinyatakan "sudah pergi" oleh tetua desa tempat dulu Ayahku bertugas. Tubuhku katanya sudah pucat membiru, dingin dan mengeras.
Kakekku yang seorang Mantri, menggeleng tak puas. Apalagi Ayah-Ibuku. Kemudian keluarga mencoba mencari second opinion dan aku pun dibawa ke kota. Di tengah laut yang kami seberangi dengan speed boat di malam yang berangin, tubuhku kembali dialiri darah dan langsung membuka mata.
Oke, ini sepertinya kedengaran hiperbolis dan horor sekali. Tapi begitulah ceritanya.
That's why aku begitu mencintai bau laut, mungkin.. kalau mau dicari hubungannya.
Sebenarnya, tak ada di agamaku tentang konsep lahir kembali.
Tanggal dan hari tersebut ditandai Ibuku semata untuk mengingatkanku bahwa waktu kita di dunia ini tak panjang.
Have you lived your life to the fullest ?
Dan yang paling penting, apakah kau hargai hidupmu dengan bersyukur dan beribadah pada Tuhan ?
Aih..
Tiga kali aku dinyatakan lahir kembali, tiga kali pula dalam setahun aku menjalani ritual perenungan wajib itu.
Dan apa yang kurenungi hari ini ?
Aku merasa berdosa. Bukan hanya karena aku merasa nilai ibadahku yang sangat kurang sekali, tapi juga karena aku tak memperingati hari ini dengan kesyahduan yang sama seperti kesan Ibuku.
Bagiku hari ini hanyalah hari biasa seperti hari lain, persis seperti anak berumur 3 tahun yang tak paham artinya ulang tahun.
Rupanya pepatah yang sering didendang Mama, "Kasih Ibu sepanjang zaman, kasih anak sepanjang galah" yang bagiku penuh kontradiksi dan sempat kutentang itu, benar adanya.
Aku hanya berharap, semoga galahku panjang sekali sampai tak kelihatan ujungnya.
Dan untukmu Mamaku, tolong jangan bilang bahwa Mama mulai merasa kehilangan kontak batin kita.
Aku memang jauh dari rumah, tapi yakinlah aku akan selalu pulang ke pangkuanmu.
Aku ini hidup dari darah dan bernafas lewat paru-parumu, dan itu selamanya tak kan pernah berubah seperti yang selalu Mama katakan. Aku selalu menjadi anak perempuan kecil-mu, tak peduli tetangga bilang aku ini tertukar di Rumah Sakit karena perbedaan fisik kita yang begitu jauh.
Ah, ketahuilah.. Aku masih berharap mewarisi hidungmu.