Wednesday, March 11, 2009

Klakep

Terdiam.
Tak mampu berkata-kata

Itulah biasanya reaksi pertamaku saat bertemu dengan kenyataan mutlak yang disuguhkan di hadapanku.
Biasanya, ini adalah kenyataan tentang diriku sendiri, yang kadang tak bisa kulihat bila aku sedang bercermin.

Klakep.

Semalam seorang temanku, melalui sebuah cerita kecilnya berhasil membuatku terdiam.
He reminded me of how much useless times I have had wasted.
Dan pagi ini, teman yang lain lagi, dengan rentetan kata-katanya yang tak bisa berhenti, tidak saja membuatku kesulitan untuk menemukan celah di mana aku bisa menyela, tapi aku terdiam karena rentetan kata-katanya itu benar.
Tentang aku yang begini, dan aku yang selalu begitu ..

Menakjubkan bagaimana ketika kita sedang merasa atau dihadapkan pada persoalan tertentu, maka semesta sepertinya bersepakat untuk membenturkan kita pada hal-hal yang berkaitan dengan itu.

So now it feels like i'm in a squash room. Aku sebagai salah satu pemain, memilih yang mana yang paling bijaksana .. Memukul hanya untuk mendapatkan bola memantul lagi, atau menangkap bola itu dan berkata.. "I quit of this game,, you are right, and I need to go out and do something better."
Oh yeah,, dan aku memang merasa permainan itu konyol, contoh permainan yang menurutku cocok untuk orang autis...
Hmm, sorry, no offense ..

Squash, permainan yang hanya akan memantul padamu lagi saat kau membalas memukul pada sebuah dinding bisu.
Sama dengan bagaimana hebatnya kita akan diserang balik bila kita balas menyerang sebuah kritik.

Contohnya saja ketika kita masih kecil dan melakukan sebuah kenakalan di rumah. Ibu akan menghakimi dan menginterogasi.
Mati-matian kita sangkal.. Tapi Ibu punya banyak cara untuk memberitahu bahwa kita salah. Semakin kita membela diri, semakin jelas lah bahwa kita bersalah.

Aku teringat ketika pernah suatu kali aku mengikuti class interview, di mana kita didudukkan dengan beberapa orang sekaligus dan menceritakan tentang diri kita ..
Dan kau tau apa yang terjadi..?
Saat si psikolog menyampaikan penilaiannya tentang kita, yang biasanya negatif, kita sungguh merasa seperti ditelanjangi.
Dan reaksi hampir sebagian orang adalah menyangkal, dalam rangka ingin menunjukkan seberapa positifnya mereka, seberapa bermotivasinya, dan yang paling penting semua semburan kata-kata itu tak lain tak bukan straight to get that job !
Semua penyangkalan, pembelaan, pembenaran rupanya hanya makin memperburuk keadaan.
Semua argumen itu kita tujukan ke utara, tapi rupanya kita malah membawanya ke selatan karena sebuah alasan sederhana, kita menentang arus.

Kemudian saat tiba giliranku, mereka -para psikolog ini- menilai bahwa aku adalah orang yang emosional dan dinilai tidak cocok untuk pekerjaan itu.
Mulutku sudah terbuka sepersekian senti untuk menyangkal dan bertahan pada tuduhan yang aku tahu benar itu. Tapi aku langsung teringat nasib tragis teman-temanku, dan aku sangat sangat tak ingin mendapat malu semenyedihkan itu. Maka aku mengatupkan bibir lagi dan kemudian berkata,
"Ya, itu kekurangan saya, saya adalah orang yang emosional."

Aku sudah pasrah, aku tahu aku bukan yang mereka cari.. Tapi entahlah, mereka kemudian berkata, "dan Anda cukup open minded, jadi kami pikir Anda masih punya kesempatan."

Mengerikan sekali bagaimana cara kerja Psikolog ini.
Mengerikan bagaimana efeknya bila kita bertahan dan menyerang balik, karena rupanya prinsip boomerang benar-benar bekerja di alam ini...
Itulah mungkin kenapa manusia menemukan penemuan paling berharga, yang bernama introspeksi diri.

13 comments:

  1. Hmm hmm :)
    Catatan kecilmu sukses made me klakep.

    ReplyDelete
  2. emmmm....ooohhh...kok bisa ya?



    *TKW Blom Sukses*

    ReplyDelete
  3. Abis dicuci otak sekaliam ma sarap-sarapnya ..
    Dasar TKW najong,,

    Hahaa...
    Peace,,

    ReplyDelete
  4. ga usah terlalu dipermasalahkan apa yang dah lewat...
    semwa itu pasti ada bahan pembelajarannya...
    yang penting kita yakin aja ngejalaninnya...

    lam kenal dari ray
    ^_^v

    ReplyDelete
  5. Yupz,, ThQ banget Ray..
    O iya, mumpung ketemu.. Soal si Kambing,, toss di sini aja deh :)

    ReplyDelete
  6. Wetz...bilang gw najong?
    mo bikin ulah ma gw lu?
    Keterlaluan!!
    Dendam, abis gw muntah2in?

    Tell me the reason lu blg gw najong!(geram mode on)

    *TKW blom Sukses*

    ReplyDelete
  7. Jadi inget sama seorang teman..
    Dia juga pernah bilang bhw kt tak perlu kecewa dg hasil psikotes. Barangkali pekerjaan itu belum sesuai dengan kepribadian kita. Kalo kt Pak Mario Teguh..Pilih pekerjaan yang bisa membesarkan kita dan Kita merasa nyaman di sana.

    Baranghkali kita masih perlu mencari lagi...lagi dan lagi...sampai pada titik yang tepat spt kumpulan titik-titik pada lingkaran...

    *numpang motivasi diri sekalian, nih,ya, mbak*

    ReplyDelete
  8. @ TKW :
    Asal bunyi Nyah,, ampun, hehee ...
    Denger petasanmu kuwi rak yo aku klakep tho ..??
    Peace Sist :)
    Oh ya,, blum bilang ThQ (sok imut mode ON)

    @ Putri :
    Itu kali ya Mbak kenapa kemaren aku gak lolos CPNS,, gak cocok di mental aku, hahaa..
    Kebongkar deh kalo pernah nyoba PNS-an :D

    ReplyDelete
  9. Mungkin mentalnya enterprenuer kali...he..he..

    ReplyDelete
  10. @ Putri :
    Impian terbesar Mbak,, publish my own book..
    Hmmm ....

    ReplyDelete
  11. ingat selalu aja sistem tabur tuai non

    ReplyDelete
  12. @ Cakhadi :
    "Siapa menabur dia menuai"
    Kaya'nya konsepnya lebih masuk akal dari olah raga squash,, hahaa ..
    ThQ Cakhadi ..

    ReplyDelete

Template has been modified and taken from this site