Friday, March 27, 2009

Jomplang !

Sumpah, belakangan ini aku semakin terpesona dengan iklan kampanye Gerindra.
Ya,, kuulangi : aku "terpesona" dengan iklan kampanye Gerindra
Ini bukan berarti aku adalah simpatisan Prabowo.. tapi kuakui, iklan-iklan ini sangat menggiurkan.

Kau tentu tahu iklan yang kumaksud ini kan ..??
Tentang kesejahteraan rakyat, dan pemerataan sosial.
Tentang Ibu-Ibu yang menenteng dirigen, anak-anak yang bermain di tanah berlumpur, petani-petani yang menggarap sawah.
Tentang betapa kita rakyat kecil telah ditelantarkan selama sepuluh tahun.. yang tak pelak menimbulkan asumsi, "Sepuluh tahun sejak orde baru tak lagi memerintah."

??!

Dan iklan yang paling baru, tentang dana stimulus sebesar Rp 71 trilyun, yang setelah dikurangi "uang dengar" bagi mereka-mereka yang "tahu", kaum marjinal -petani, nelayan, pedagang tradisional dan rakyat kecil- yang menjadi sasaran hanya mendapat 1%-nya.
Well,, korupsi atau apa pun yang memicu ketimpangan sosial ini, sungguh-sungguh membuat yang di atas semakin tinggi, dan yang di bawah semakin rendah ...

Aku sedang membaca sebuah majalah wanita ketika kulihat iklan itu pertama kali di TV.
Majalah ini membahas tentang film Shopaholic yang bukunya sempat menjadi buku favoritku bertahun-tahun lalu.

Shopaholic yang menimbun utang sekian banyak untuk Hermes, Gucci, Louis Vuitton, Fendi, Christian Loubotin, Jimmy Choo, Balenciaga, YVL, Prada ....
Sebuah gaya hidup yang diulas dengan begitu ringannya di majalah yang mengkilap, seolah-olah itu adalah suatu kewajaran.
Wajar memang, bagi socialite di dunia lain, yang permasalahan terberatnya saat berada di toko adalah memilih sepatu yang berwarna hijau pupus atau hijau tosca.. Tanpa pernah tahu bagaimana rasanya berada dalam dilema saat harus memilih membeli sebungkus nasi ataukah ongkos angkot pulang ke rumah.

Mendadak, buku penulis favoritku itu tak lagi menghibur. Kisah kebangkrutan Becky Bloomwood tak lagi lucu, dan pemikirannya yang inspiratif juga sekarang menjadi demikian dangkal.

Melihat harga-harga yang tertera di majalah itu, dan menyadari bahwa barang-barang ini adalah konsumsi sehari-hari para socialite ini membutku miris.
Betapa lebar jurangnya, saat mereka tanpa pikir panjang dapat mengahabiskan Rp 30 juta untuk sebuah handbag, sementara bagi sebagian lainnya jumlah itu mampu untuk membuat anak mereka tetap bersekolah.
Bagaimana istilah "membeli" mobil baru diganti dengan istilah "belanja".
Bagaimana ketika rumah tak lagi hanya kebutuhan pokok, tapi merupakan koleksi...

Jomplang.











Tentu saja aku pun tahu, mereka orang-orang ini mendapatkan semua kemewahan itu bukan tanpa perjuangan dan pengorbanan. Kerja keras membuat mereka pantas untuk menjalani gaya hidup semenyilaukan itu.
Aku pun yakin mereka telah menunaikan kewajiban mereka untuk berderma.

Hanya saja yang membuatku tak henti mengerutkan kening...
Penghasilan sebesar apa yang mampu meng-afford
2 Channel, 3 Miu Miu, 4 LV, 5 Manolo,
6 Marc Jacobs , cream muka seharga 2 kali harga motor Jepang... Setiap bulan !!
Dan trip pp ke Paris, Milan, New York untuk menjemput semua barang itu.
O ya,, dan jangan lupakan salon mahal sekelas international spa, and jewelries...

Bila kau tahu, tolong beritahu aku...
Karena aku sama sekali tak punya bayangan berapa angkanya.

Sama dengan kaburnya angka berapa yang akan kucontreng 2 minggu lagi ...
Entahlah..
Semakin banyak aku membaca, semakin banyak aku menonton TV Pemilu,, semakin kabur juga penilaianku.
Tapi mungkin aku hanya belum membuka hati ..
Di telingaku, mereka masih terdengar seperti mulut lelaki yang sedang merayu ...


Sumber foto LV dan anak putus sekolah

Sunday, March 22, 2009

Nasib Si Bunga Bangkai

Tempat : Warung makan Sumatra di belakang rumah.
Cast : Tiga orang mahasiswa Indonesia lagi makan.
Figuran : Aku dan ponakan umur 20 bulan; dan rombongan mahasiswa Malaysia yang suka masakan Ibu Sumatra

Mhs 1 : "Sial tu Malaysia,, bunga bangkai aja pake diakuin punya dia..."
Mhs 2 : "Sstt,, ada orang Malaysia tu ."

Mhs 1 : "Itu kan India..!"
(Mahasiswa Malaysia : melirik)

Mhs 3 : "Tapi orang Malaysia, lu kan tau Truly Asia.."
Mhs 1 : "Bodo,, emosi gue ..."
Mhs 2 : "Mang bunga bangkai dari mana si ..?"
Mhs 1 : "Aceh "
Mhs 3 : "Bengkulu, dongo!"

Mhs 1 : "Yang penting Sumatra."
(Mahasiswa Malaysia : bisik-bisik)
Mhs 3 : "Lah, Malaysia kan emang deket-deket sana .."
Mhs 1 : (nyolot) "Lu orang Malaysia pa mana seh ..?!"
(Mahasiswa Malaysia : melirik sambil bisik-bisik)
Mhs 2 : "Lu gak tau tu bunga dari mana, gaya aja lu pake ngamuk."
Mhs 1 : "Monyet lu, pada gak nasionalis."
Mhs 3 : "Elu, sok tau!"
(Mahasiswa Malaysia : cekikikan)
Keponakanku si Uwen : "Cok tau, Tante,, hihii ..."
Aku : "Huss ..!"
Uwen : "Onyet, hihii .."

Ini dia si Uwen yang masih latah niru omongan orang gede

Rasa Sayange, Angklung, Batik, dan Reog Ponorogo hanyalah sedikit contoh penelantaran luar biasa terhadap kesenian dan budaya bangsa.

Bagaimana dengan Bunga Bangkai ??
Well, masalah Bunga Bangkai, entahlah, kurasa aku tak punya pendapat, karena ..

Pertama : Itu bunga, yang bisa tumbuh di mana saja, termasuk di perbatasan Serawak. Masalah Bengkulu yang lebih dulu menjadikan bunga itu sebagai ciri khas.. Itu karena Arnoldi si ahli botani menemukannya di sana.
Kedua : Itu bunga, tak ada hak cipta, tak ada unsur budaya.. Bunga itu sepenuhnya adalah cipataan Tuhan..

Jadi menurut pemikiranku yang indifferent ini,, yang seharusnya lebih dikritisi adalah..
Omongan dan pendapat sok tau, sok patriotis yang emosi melihat negara lain mencaplok kekayaan, padahal sebenarnya kita tidak tahu banyak tentang objek permasalahannya.

Rasa Sayange : Apakah kita hapal liriknya ?
Batik : Batik apa ? Apa bedanya batik Cina dan batik tulis ?
Angklung : Tahukah apa instrumen utamanya ?
Reog Ponorogo : Tahukah kita sejarah dan cerita di baliknya ?

Aku mengakui, dengan sejujur-jujurnya, aku tak tahu banyak tentang itu.
Tapi bila kau tanya, apakah aku bersuara saat tahu bahwa budaya itu dirampas atau sedang dalam proses dirampas Malaysia..
Jawabnya : ya! Aku bersuara paling keras.
Dan aku malu.
Malu akan terdengar seperti tong kosong yang nyaring bunyinya.

Kebanyakan dari kita, mungkin tak begitu peduli tentang budaya dan kesenian ini sebelum diambil negara tetangga.
Tak cukup peduli untuk mempelajari, menghargai, bahkan untuk hanya sekedar tahu ...
Ketika sampai waktunya perdebatan yang hanya berani disuarakan di pojok warung makan, kantin, kos-kosan, sepanjang koridor kampus, atau forum perkelahian di internet.
Tanpa benar-benar tahu, esensi dari budaya dan seni yang kaya ini.
Hey,, benar kan ? Kita tahu bahwa kita kaya, tapi kita tak pernah tahu apa bentuk kekayaan kita.

I have dared myself to answer this question :
- Apakah aku lebih hafal lagu Linkin' Park dari pada Rasa Sayange ?
- Mana yang lebih kupilih, bioskop Trans TV atau acara ketoprak di TVRI ?
- Apakah menurutku batik tulis asli itu mahal ?
- Lebih tertarik belajar Hanacaraka atau Kanji ?
- Apakah sebelum ini aku tahu bahwa Bunga Bangkai itu bukan Rafflesia Arnoldi ?
- Pernahkah aku mendengar permainan angklung secara langsung ?
- Nonton bola dini hari atau wayang semalam suntuk ?

Kau pasti tahu apa jawabanku.
Tapi hey, itu bukan karena aku tidak peduli.
Aku peduli, sumpah aku peduli.
Aku hanya ... hmm,, aku hanya belum melakukan aksi yang ... konkrit !
Dan aksi itu kurasa harus dimulai dari sekarang, karena nantinya aku khawatir si Uwen akan menganggap Elmo-lah cerita rakyat kita, bukan Joko Kendil atau Malin Kundang.. Ups !!
Help, apakah kau tahu siapa tokoh cerita rakyat kita yang masih anak-anak ??
Yang tidak melibatkan kedengkian atau kualat kepada orang tua ..??

PS :
Oh ya, pernahkah kau berpikir bahwa pencaplokan aset yang dilakukan Malaysia untuk kampanye wisatanya ini adalah intrik yang disengaja ??
Siapa tahu, dengan aksi pencurian yang pasti ditanggapi oleh kita Indonesia ini, yang huru-haranya pasti akan terdengar dunia... Akan membuat dunia penasaran untuk mengunjungi Malaysia, dan melihat objek perebutan aset ini dari jarak dekat.
Kenapa mereka memilih Malaysia ? Karena wisatawan ini ogah mengunjungi Indonesia yang belakangan ini penuh dengan sampah visual berwujud potret Caleg.
And BAM !! kampanye wisata Malaysia berhasil.

And it works,, pathetic, but works.

Well,, mungkin ini hanya pikiranku saja.
Sepertinya aku telah sampai pada tingkat kesinisan paling dangkal akibat terlalu sering membaca Sydney Sheldon dan Dan Brown..


Sumber foto

Monday, March 16, 2009

Birthday Wishes

Di sarang Muzda yang terkenal :D
I wish everyone could be there when I blew those candles ...


So,, tentang ulang tahunku ..
Yang ada hanya renungan,,

dan hari ketika masa laluku datang bersamaan ..


Nothing more to tell ...
It's been a very long day.
But end up with a little surprise from my bestfriends ..

Touchy, n made me realize that everything will be okay
.
Great many thanks for all of my friends, for all the wishes...
Amin.

Dan Mama, seperti biasanya, selalu mengucapkan selamat saat menjelang Magrib,, selalu begitu.. Karena di waktu itulah aku lahir ..
It's really a great idea ..
Memberikan ucapan selamat kepada anak bukan pada jam 12 malam, tapi tepat pada waktu dia lahir bertahun-tahun lalu..

Kupikir aku akan menerapkan itu pada anak-anakku kelak :D

And thanks for my parent, who gave me this beautiful and strong name ..
I'm very proud of my name.
Hope I will be there someday, and be like what you've wished when you gave it to me ..

To be the place of that stones ..
Uh no, I mean, to be the place that everyone could go when they need something to beat the devils...

You know what does my name mean, right ??
O my God,, berat sekali rasanya menyandang nama ini ..
Pantas saja katanya aku selalu sakit-sakitan waktu kecil ..


Wednesday, March 11, 2009

Klakep

Terdiam.
Tak mampu berkata-kata

Itulah biasanya reaksi pertamaku saat bertemu dengan kenyataan mutlak yang disuguhkan di hadapanku.
Biasanya, ini adalah kenyataan tentang diriku sendiri, yang kadang tak bisa kulihat bila aku sedang bercermin.

Klakep.

Semalam seorang temanku, melalui sebuah cerita kecilnya berhasil membuatku terdiam.
He reminded me of how much useless times I have had wasted.
Dan pagi ini, teman yang lain lagi, dengan rentetan kata-katanya yang tak bisa berhenti, tidak saja membuatku kesulitan untuk menemukan celah di mana aku bisa menyela, tapi aku terdiam karena rentetan kata-katanya itu benar.
Tentang aku yang begini, dan aku yang selalu begitu ..

Menakjubkan bagaimana ketika kita sedang merasa atau dihadapkan pada persoalan tertentu, maka semesta sepertinya bersepakat untuk membenturkan kita pada hal-hal yang berkaitan dengan itu.

So now it feels like i'm in a squash room. Aku sebagai salah satu pemain, memilih yang mana yang paling bijaksana .. Memukul hanya untuk mendapatkan bola memantul lagi, atau menangkap bola itu dan berkata.. "I quit of this game,, you are right, and I need to go out and do something better."
Oh yeah,, dan aku memang merasa permainan itu konyol, contoh permainan yang menurutku cocok untuk orang autis...
Hmm, sorry, no offense ..

Squash, permainan yang hanya akan memantul padamu lagi saat kau membalas memukul pada sebuah dinding bisu.
Sama dengan bagaimana hebatnya kita akan diserang balik bila kita balas menyerang sebuah kritik.

Contohnya saja ketika kita masih kecil dan melakukan sebuah kenakalan di rumah. Ibu akan menghakimi dan menginterogasi.
Mati-matian kita sangkal.. Tapi Ibu punya banyak cara untuk memberitahu bahwa kita salah. Semakin kita membela diri, semakin jelas lah bahwa kita bersalah.

Aku teringat ketika pernah suatu kali aku mengikuti class interview, di mana kita didudukkan dengan beberapa orang sekaligus dan menceritakan tentang diri kita ..
Dan kau tau apa yang terjadi..?
Saat si psikolog menyampaikan penilaiannya tentang kita, yang biasanya negatif, kita sungguh merasa seperti ditelanjangi.
Dan reaksi hampir sebagian orang adalah menyangkal, dalam rangka ingin menunjukkan seberapa positifnya mereka, seberapa bermotivasinya, dan yang paling penting semua semburan kata-kata itu tak lain tak bukan straight to get that job !
Semua penyangkalan, pembelaan, pembenaran rupanya hanya makin memperburuk keadaan.
Semua argumen itu kita tujukan ke utara, tapi rupanya kita malah membawanya ke selatan karena sebuah alasan sederhana, kita menentang arus.

Kemudian saat tiba giliranku, mereka -para psikolog ini- menilai bahwa aku adalah orang yang emosional dan dinilai tidak cocok untuk pekerjaan itu.
Mulutku sudah terbuka sepersekian senti untuk menyangkal dan bertahan pada tuduhan yang aku tahu benar itu. Tapi aku langsung teringat nasib tragis teman-temanku, dan aku sangat sangat tak ingin mendapat malu semenyedihkan itu. Maka aku mengatupkan bibir lagi dan kemudian berkata,
"Ya, itu kekurangan saya, saya adalah orang yang emosional."

Aku sudah pasrah, aku tahu aku bukan yang mereka cari.. Tapi entahlah, mereka kemudian berkata, "dan Anda cukup open minded, jadi kami pikir Anda masih punya kesempatan."

Mengerikan sekali bagaimana cara kerja Psikolog ini.
Mengerikan bagaimana efeknya bila kita bertahan dan menyerang balik, karena rupanya prinsip boomerang benar-benar bekerja di alam ini...
Itulah mungkin kenapa manusia menemukan penemuan paling berharga, yang bernama introspeksi diri.

Monday, March 9, 2009

The Question


Kau mungkin akan menertawakanku bila membaca tulisanku satu ini
. . .
Ini tentang sesuatu yang semestinya tak kupertanyakan lagi, sesuatu yang konyol yang hanya mungkin ada di pikiranku saat aku mempunyai kesempatan dan waktu yang luar biasa bebas untuk mengembara ke hal-hal kecil yang sering luput dari perhatian.



Jadi begini ...
Ada beberapa temanku berkata, that i am a boy inside ..
Dan temanku yang mengatakan ini rata-rata adalah laki-laki ..
Dan aku bisa bayangkan mereka ini, khususnya yang dua orang itu akan tertawa terpingkal-pingkal dan berkata, "Ampun deh lu, kayak gitu aja diposting ke blog, gitu aja dipikir .."

Tapi bisa kukatakan, bukan cuma mereka (yang notabene tak terlalu kupedulikan karena seringnya pendapat mereka itu tak pernah serius), tapi juga teman-teman lain, yang dalam waktu dan tempat berbeda, tentu saja dengan cara berpikir yang berbeda, dan tanpa ditanya, juga mengatakan hal yang sama ..

Muzda itu, seperti laki-laki !!
Tak tahu aku harus bereaksi seperti apa mengetahui penilaian mereka ini ...
Yang pertama kali kulakukan adalah mengerutkan kening dan mencibir sedikit, dan refleks langsung melihat fisikku sendiri ..

I'm totally a girl, a woman ...
Aku berpenampilan sebagai perempuan,, bahkan beberapa mengatakan cara berpakaianku feminin ..

Oke,, hell dengan apa yang mereka bilang ..
Aku cukup mengenal siapa diriku ..

Tapi sebelum kau tertawa lebih kencang lagi, atau mungkin bergegas untuk meninggalkan halaman ini ..
Aku ingin mengatakan, bahwa bukan ini yang sebenarnya ingin kuceritakan.
Bukan topik membosankan tentang tindak-tandukku, cara bicaraku, cara berpikirku, cara pandangku, atau pun selera musik yang seperti laki-laki itu ...

Tapi lebih jauh lagi adalah sebuah pertanyaan mendadak yang hinggap di otakku ..
Kenapa aku masih mempertanyaan pertanyaan itu ?
Bukankah seharusnya pada umur dan pengalamanku sekarang, pertanyaan tentang "siapa diriku" ini sudah dilewati ??
Sudah terjawab ?

Bukankah aku pernah meyakini bahwa, aku telah menemukan siapa aku, dan tahu apa yang ingin kulakukan dalam hidup ??
Bukankah aku sudah tau, bahwa sekarang ini bukan masa pencarian lagi, tapi sudah dalam tahap aktualisasi diri ??

Jadi pendapat teman-teman dekatku ini sedikit banyak berpengaruh. Aku tahu tak ada yang salah bila ternyata seperti itulah aku ...
Aku hanya terganggu pada fakta, bahwa aku sempat terpikir kembali...

Rupanya, selamanya kita tak akan pernah berhenti mencari ...
Who are you ??

Bila sudah terpentok, jawabannya adalah seperti bila bertengkar dengan sang pacar, ketika kekeraskepalaan untuk sementara mengalahkan logika : "It's me, babe ..!"
Tapi Scarlett Johansson pun pernah kebingungan dalam The Nanny Diaries dan gagal mendapatkan pekerjaan impian karena dihadang pertanyaan ini ..
The Secret berkata, "kau adalah apa yang kaupikirkan."

Well, dalam ilmu sufi tingkat tinggi, segala yang ada pada diri kita, setiap gerakan kita, adalah digerakkan oleh Tuhan..
Ufhh..
Karena pemahaman agamaku masih sangat kurang sekali, walaupun telah dari jauh hari ditanamkan sejak aku masih dalam buaian..
Tapi tentang ilmu ini, aku tak akan membahas lebih jauh. Karena pertama.. aku tak tahu apa-apa, kedua .. aku takut salah, dan ketiga.. aku takut membuat orang lain salah paham ..
Yang mungkin kesalahpahaman ini hanya akan membuat banyak yang akan mengikuti jejak Lia Eden dan Satria Piningit Weteng Buwono ..

Tapi jelas sebuah Hadits berkata :
"Barang siapa mengenal dirinya, mengenal Tuhan-nya"

PS :
Oh yeah, kau tak salah baca
Aku memang mengutip Hadits di sini :)


Sumber foto

Thursday, March 5, 2009

Job Hunting : Written in Very High Tension Situasion

Being a job seeker di Jogja, terasa sama seperti memburu hantu di Pesantren ..
Susahnya tak bisa diramal, siapa yang qualified and lucky enough untuk bisa menempati pos-pos subur di area yang gersang.
Orang-orang selalu berkata, "Jogja itu tempatnya sekolah, bukan untuk mencari kerja..."
Tapi masalahnya bagiku, Jogja sudah terasa sebagai rumah ..

Minggu lalu, aku dan dua orang temanku datang ke bursa kerja di Graha Sabha Pramana, dan aku melongo menyadari keberadaan ratusan orang di terasnya.. Duduk, berdiri, antri di loket masuk.. dengan membawa berkas-berkas dan tas besar, beserta seluruh atribut application and resume ... Dan yang paling tak bisa kuabaikan adalah raut muka percaya diri, sedikit was-was, dan pengharapan ....

O my God, ternyata banyak juga pengangguran di Jogja ...
Dan saat aku masuk ke dalam gedung, "O My God, banyak SEKALI pengangguran di Jogja!!
Kulihat lagi nomor di job seeker member card yang baru kuterima ... 003933 !
Aku adalah orang ke 3933, dan ini baru hari pertama .. pada jam 10.30 pagi ...

Dalam otakku, di samping usaha untuk menerobos kerumunan para hiu pemburu itu, aku berusaha untuk mengestimasi berapa orang pencari kerja di sini dalam 3 hari ke depan.
Dari titikku, 3933 dalam 2,5 jam dikalikan 8 jam dikalikan 3 hari, dikurangi penyusutan pengunjung dan probabilitas system and human error ... sama dengan ...
Blank ! Serius, padahal aku mengaku sebagai anak Teknik ...

Hasil yang kudapat hanya : HUGE NUMBER !
O my God, O my God ....

Itu baru jumlah yang menghadiri event ini, belum termasuk yang tidak datang ...

Kulanjutkan lagi dengan membandingkan "huge number " tadi dengan peluang yang disediakan ...
Huge number of seeker banding few job vacancy = very little chance
Banyak sekali sainganku .. Banyak ...!
Aku
tak punya energi segila itu untuk menghitung, beban di otakku saja sudah begitu berat ..

Sallute untuk FT UGM, yang mampu menghadirkan ...
Exxon Mobil : walk in interview dalam suasana menyenangkan yang ironisnya membuat orang keringat dingin ..
Schlumberger : antrian input data pelamarnya mengingatkanku pada antrian zakat Rp 20.000 pembawa maut lebaran kemarin ..
Sampoerna : well,, terbukti bahwa fatwa haram rupanya tidak mempengaruhi perspektif para pelamar
Chevron dan penambang lainnya : dari pada melamar di pertambangan, sebaiknya aku pulang saja dan mengais informasi dari kenalan lama ..
ODP : Damn it,, I'm not that young ..

Anyway ..
Aku melamar di tempat yang menjunjung kreatifitas lebih tinggi dari pada spesifikasi pendidikan..
Tempat yang tidak mengharuskanmu untuk menghitung mundur tanggal lahirmu ..

Trans Corp ...
Dan tepat setelah aku memasukkan resume, temanku berkata : Televisi itu pos-nya di Jakarta ..
Weitzz,, Jakarta means musuh yang paling kutakuti, which is : macet, macet, macet ..
Whatever, berusaha untuk stay positive aku berkata : It's worth it ..!

Dan setelah 3 kali tes yang seperti audisi Indonesian Idol dan pelamar yang jumlahnya menyaingi peserta Indonesian Idol -kecuali dengan baju yang lebih rapi-, aku harus menunggu lagi ..

Penasaran dengan gosip yang beredar dan yang diceritakan seorang temanku yang bekerja di TV lain, aku browsing ..
Crap
..! Apa benar take home pay-nya hanya bisa untuk membuatku hidup seperti gembel ...?
Trying to stay positive
lagi,, aku berpikir ... tak ada yang bisa menyangkal bahwa ilmu yang kau dapatkan di sana itu tak bisa dinilai dengan uang.
It's all worth it !
Orang idealis dan genius biasanya memang tidak pernah kaya, kecuali kau memenangkan penghargaan atau penemuan yang menghasilkan royalty yang bisa menjamin anak cucumu hingga tujuh turunan, dengan catatan mereka tidak punya lifestyle seperti Paris Hilton..
Dan biasanya memang ada kecenderungan idealisme kiri zaman masih berstatus mahasiswa, meluntur menjadi idealisme kiri yang paling kanan, yang berarti realistis tingkat tinggi saat berhadapan dengan susu anak dan bedak istri.. Atau dalam kasusku mungkin bedakku sendiri dan ... investasi untuk mencari si pemberi bedak istri .. Ups,, stop !!

Crap ..
O yeah,, aku melantur, lagi ....
You know I'm in high tension , right ..?? oke ....

Ufhh ...
Aku teringat quote seorang teman maya-ku .. "Get what you like, before you forced to like what you get .."

Karena tahu aku sudah sedikit terlambat untuk menyadarinya, aku berharap aku tidak sedang berada dalam jalur hopeless itu ...
Paling tidak aku masih punya kekuatan lain, something in my head that can't be taken by anyone, or anything ...

Sunday, March 1, 2009

First Day of the Month


March ..
It’s been so long since I was born, as hope and love of my parent.
In other words, I’m getting older, and getting closer to the end of my life ..
Yeah, to the tomb.. And for real, to the end of succes process in life..

Di sinilah aku, masih di tempat yang sama ketika pertama kali aku bermimpi ..
Tak kulihat aku berada di tempat yang kucatat ketika guru SMA-ku menyuruh untuk menulis proyeksi, "di manakah kau akan berada 10 tahun lagi ?"

Masih di tempat yang sama, dan masih menjalani hidup yang sama ..

Aku teringat ketika aku baru masuk kuliah..
Di satu acara televisi, aku melihat seorang gadis 18 tahun berhasil menaklukkan "dunia" dalam sebuah kompetisi bakat dan kecantikan.

Ia terlihat begitu muda, begitu penuh mimpi, begitu berisi, begitu bahagia …
Sementara yang ada di pikiranku saat itu adalah, “gadis seumurku ini sudah menjadi Miss Universe, sementara aku masih duduk di sini menonton keberhasilannya."

Well, saat itu temanku berkata : “itu karena kita tidak hidup di negaranya..”
Kubenarkan saja pendapatnya, toh memang begitu kenyataannya ..
Tapi dalam hati aku membatin, “karena aku tidak hidup dengan semangatnya."

Sekarang, tetap saja bergantian Miss Universe baru muncul dengan umur yang sama, dengan kecantikan dan spirit yang sama ..
Tetap saja, bermunculan lagi bintang sepak bola baru dengan umur yang sama, bahkan lebih muda dan semakin muda ..

I’m getting older ..
Have I lived my life to the fullest ..??
The answer is : NO ..!

Aku, masih berada di sini, menonton kehidupan bergerak di sekitarku, tanpa aku merasa menjadi bagiannya ..
If everybody else say that the perfect start to begin your new life is on new year ..
I always say that would be my birthday


It’s first day of my month ..
Hope when it turn to the 15th, I can say to myself ..
I am living my life to the fullest

I just got 15 days to proof it ..
Pray for me, I don’t know if “luck” would be one of the players, but I believe that
I am the lead actress
...!

Template has been modified and taken from this site