Sunday, June 7, 2009

I'm Upset

Kemarin ini, seorang teman di kantor tiba-tiba menjadi sangat rajin. Seolah pekerjaannya tak cukup banyak, ia pun mengambil alih tugas office boy. Mencuci piring, menyediakan minum, dan mengepel lantai.
Apa pasal ?
"Aku stres, Mbak. Kalau stres aku bersih-bersih."

Aku jadi ingat Monica di Friends,
"When I'm upset, I clean."

Kok bisa?
Memang I'm not a domestic goddess, tapi bagaimana pun, di telingaku bersih-bersih saat sedang stres atau BT ini terdengar lucu. Bagiku justru kebalikannya, kegiatan bersih-bersih itulah yang membuatku upset.

Beberapa orang, termasuk Mamaku, melampiaskan stres pada makanan. Aku sering sekali bertemu teman yang punya kecenderungan begini. Bila banyak pikiran, maka ia tak berhenti makan. Mulut rasa ingin mengunyah terus, padahal perut sudah seperti mau meletus.
Aih, beruntungnya mereka.
Kau tahu apa pengaruh stres pada selera makanku ?
Hilang sama sekali. Aku tahan hidup cuma dengan kopi saja, yang tentu makin menambah kacau sistem pencernaanku.

Jadi apa yang kulakukan ketika aku stres?

Seminggu ini, aku banyak menerima pertanyaan.
"Are you okay?"
"Baik aja kah kabar?"
"Kamu kenapa?"

Hey, I'm okay. What makes you think I'm not?
Itu yang kujawab. Aku baik-baik saja.
Benarkah demikian?

Aku ingin sekali mempercayai bahwa aku baik-baik saja. Tak ada yang sedang bergejolak di hidup dan emosiku sekarang.
Aku tak sedang marah atau sedih atau apa.
Tapi aku tahu, aku kenal sekali dengan kecenderungan ini.

Setiap kali, ketika ada yang sedang mengganggu di kepalaku, maka pikiranku jadi melantur dan kata-kataku meloncat ke mana-mana. Itu terjadi bila tingkat emosiku sedang berada di bawah atau di atas batas normal. Aku menyebutnya low or high tension situasion.
Ciri-cirinya, mulutku tak berhenti bicara dan bertingkah aneh lain dari biasanya.
Begitu caranya aku tahu aku tak sedang baik-baik saja.

Saat ini, mulutku benar-benar tak terkontrol. Kata-kata yang kutulis pun tak beraturan.
Aku mengomentari TV dan surat kabar. Mengkhayalkan konspirasi pelarian Manohara sampai tujuan Obama berpidato di Mesir. Aku mengomeli Titi Kamal di Muslimah dan memuja Ridho Rhoma.
Mengerti maksudku ?

Suatu hari, aku mendengar lagu Menunggu ini jadi backsound sebuah acara TV. Tanpa basa-basi aku mendownload lagunya, dan membuat mabuk seisi rumah. Isi playlist winamp-ku cuma satu lagu itu, dan aku menyanyikan (meneriakkan) lagu itu sampai tenggorokanku meradang.
"Kenapa selera musikmu terjun bebas dari Linkin' Park ke Ridho Rhoma?"
atau,
"Mendengarkan musik metalmu yang biasa itu memang bikin mumet, tapi yang ini bikin aku mau muntah-muntah."

Mereka bilang begitu.
Haa ?! Segitunya ...
Kemarin ketika aku dan seorang sahabatku sedang di toko sepatu, aku tertarik mencoba sepatu berwarna bukan biru biasa. Dengan percaya diri, kutunjukkan pada sahabatku ini, dan katanya,
"Bagus. Cocok sama selera musikmu yang sekarang."
"Menyet!"

Hey, Ridho Rhoma itu memang anak Rhoma Irama, tapi musiknya bagus. Memang kenapa kalau aku jadi menyukai dangdut? Dangdut itu musik kita. Lagi pula fakta itu hanya menegaskan bahwa selera musikku universal.

Aku jadi agak tersinggung juga, ketika tadi malam di angkringan Tugu, aku ditertawakan oleh penyanyi jalanan hanya karena aku me-request lagu itu, Menunggu. Mereka malah dengan bangga menyanyikan lagu Hijau Daun untukku.
Heks!

Lebih baik mabuk dangdut kan, dari pada aku membuat BT orang lain hanya karena aku BT ?
Aku punya istilah juga untuk kondisi itu.
"BT-nya dia bikin BT orang."
atau,
"BT kok ngajak-ngajak."

Kau tau kan, apa yang kumaksud.
Iya. kau pasti pernah bertemu dengan mereka.

Orang yang bila BT atau stres lalu bawaannya marah-marah. Semprot sana semprot sini. Semua salah, serba salah. Ibarat landak saja, bergerak kiri kanan malah cuma menancapkan duri ke mana-mana, menyerang semua yang ada di sekitarnya. Sampai semua terkena getah bad mood-nya.

Untunglah aku tak begitu. Atau kupikir, aku tak begitu.
Setelah tepat seminggu kubuat orang rumahku mabuk dangdut, aku bertanya pada Kakakku tentang penyakit dangdutku ini, persis seperti kata Monica di Friends season 7 episode 2, The One With Rachel's Book.
"When will it start getting annoying?"
"Start ?"

Hey, dia tak pernah mengikuti Friends, dari mana dia tahu dialognya persis begitu?
Ufh, hu huu ...
Aku tahu diri. Jadi, aku harus mengerem mulutku sendiri sekarang, berhenti menyanyikan lagu itu, menghapusnya dari play list, dan memindahkannya ke sini.
Keren lho, modelnya VJ Marissa. Tapi saranku, dengarkan saja lagunya, jangan perhatikan rupa penyanyinya.



PS :
Kalian nikmati sajalah lagu itu, dan ini yang sedang kunikmati sekarang di play list-ku :


Duh Denok gandulaning ati, tegane nyulayani
Janjimu sehidup semati, among ono ing lathi

Rasa sayangmu sudah pergi, tak menghiraukan aku lagi
Duh Denok gandulaning ati, tegane nyulayani

Duh Kangmas jane aku tresno, lilakno aku lungo
Ati rakuat nandang roso, roso keronto-ronto
Cintamu sudah gak beneran, aku cuma buat mainan
Duh Kangmas jane aku tresno, lilakno aku lungo

Tresno iki dudu mung dolanan, kabeh mau amargo kahanan
Seng tak jaluk amung kesabaran, mugi Allah paring kasembadan

Mung ngadem atiku, ben aku ra mlayu
Dan tanggung jawabmu, iku palsu

Denok aku cinta beneran, pasti kan kubuktikan
Bapak Ibuku akan datang, melamar dikau sayang

Hatiku slalu mendoakan, semoga Tuhan mengabulkan
Cinta kita tak terpisahkan, sampai di akhir zaman


Hahaa ..
Ini yang namanya campur sari, kawan.
Jangan bilang kau ingin muntah, itu menghina.


blog comments powered by Disqus
Template has been modified and taken from this site