Thursday, July 9, 2009

Bunuh Diri dan Nama Baik

Baru-baru ini seorang teman bicara tentang pencemaran nama baik. Tak pelak, aku menengok kalender dan yakin, bahwa kasus Prita sudah lewat lama, tergantikan oleh meninggalnya Michael Jackson dan Debat Capres, dan sekarang sudah ketahuan siapa yang akan melanjutkan kerja siapa.

Ia, temanku ini bercerita, bahwa sebuah gosip dihembuskan untuk mencemarkan nama baiknya, dan dengan demikian hampir membunuh karakternya. Katanya …

Haiyah, kenapa aku jadi bergosip ??

Begini …

Aku hanya teringat cerita Putri Hsiang dari jaman Dinasti Ching. Putri Hsiang ini adalah selir Kaisar Chien Lung yang tubuhnya mengeluarkan bau wangi karena selalu mandi dengan air susu unta berpunuk dua. Ia dijuluki Selir Harum yang tariannya bisa mengundang kupu-kupu. Sesungguhnya aku tak begitu yakin bagaimana cerita sebenarnya, ada begitu banyak versi, dan terlalu banyak khayal dan fiksi yang disematkan pada cerita ini.

Yang pasti ia berasal dari suku Uighur, dekat-dekat Turki, muslim katanya. Ada versi yang menceritakan bahwa ia adalah tawanan saat tanahnya dikalahkan, dan ada yang bilang ia dihadiahkan oleh Ayahnya kepada Kaisar Chien Lung sebagai bentuk transaksi politik.

Apa pun versinya, hampir semua bersepakat bahwa ia mati di dalam Kota Terlarang, dibunuh. Penyebabnyalah yang simpang siur. Diceritakan ia mati karena berusaha membunuh Kaisar, dan ada pula yang menceritakan kematiannya sebagai akibat dari kecemburuan Permaisuri dan kebencian Ibu Suri.

Yang pasti, Hsiang Fei, atau Selir Harum, atau Epar Khan ini meninggal, dibunuh.
Dan untuk melindungi nama baik Sang Putri dan memulihkan kehormatannya, Istana mengumumkan dan dicatatkan dalam sejarah, bahwa Putri Hsiang telah bunuh diri dengan terjun ke sumur atau menggantung diri.

Di sinilah maksudku, bagaimana bisa tindakan bunuh diri disepadankan dengan kehormatan dan nama baik?
Tunda dulu perbandingan dengan samurai dan filosofi kehormatannya yang rumit, itu (mungkin) berbeda.

Tapi bila tentang seorang wanita, yang karena intrik politik dan kedengkian orang lain ia dibunuh, lalu demi kehormatan nama baiknya, kemudian ia diberitakan telah bunuh diri, di mana logikanya?
Sama sekali tak sampai ke otakku.

Aku sendiri akan lebih bangga bila kematianku disebabkan oleh pembunuhan dari pada karena bunuh diri.
Tentu saja banyak yang menjadi pertimbangan, seperti misalnya tahun berapa cerita itu berasal, bagaimana kondisi masyarakatnya, cara berpikir orang-orangnya pada zaman itu, atau keyakinan yang mereka anut. Akan ada banyak bahasan dan pembenaran.

Tapi aku menolak mengerti.
Walaupun aku tahu ada banyak celah untuk membenarkan tindakan orang-orang yang hidup jauh di masa lalu itu, aku tetap tak bisa berempati.
Aku tak mau memahami, karena walau sampai pusing pun aku berputar memikirkan, pertanyaan dan kegelisahanku tak jua terpuaskan.

Bunuh diri, bagiku adalah pencemaran nama baik yang sesungguhnya.
Tanda bahwa kita lemah, tak berdaya, berpikiran pendek, dan tak punya iman.



Untukmu sahabatku yang terobsesi pada mati, berhentilah bicara tentang bunuh diri.
Aku membencimu untuk itu.
Aku benci pada kata-kata yang kau olah itu, serius atau pun hanya meminta puji.

Dan kau boleh yakin, pada hari ketika seharusnya kau diyasinkan,
aku akan mencela keputusanmu dan berkata,
bahwa kau mati karena terlalu takut hidup.




blog comments powered by Disqus
Template has been modified and taken from this site