tag:blogger.com,1999:blog-38482409972619392642024-02-19T12:01:24.984+07:00HonestMuzdahttp://www.blogger.com/profile/10670847538821178806noreply@blogger.comBlogger53125tag:blogger.com,1999:blog-3848240997261939264.post-75313745057637204122010-10-05T11:05:00.002+07:002010-10-05T11:07:46.559+07:00Turn Back Time<span style="color: rgb(51, 51, 51);font-size:100%;" ><span style="font-family:verdana;">Sudah sejak kecil aku sangat tergila-gila dengan mesin waktu, dan apa pun yang bisa membawaku kembali ke masa lalu.<br />Seorang temanku berkata bahwa masa lalu tak ada gunanya untuk dilihat lagi, kecuali untuk belajar. Ia berkata bahwa spion itu lebih kecil dari kaca depan.<br /><br />Tapi benar, aku ingin sekali kembali. Ada yang ingin kuperbaiki di belakang sana.<br />Seandainya mungkin, aku ingin mundur ke waktu 12 tahun yang lalu.<br />Apakah terlalu berlebihan?<br /><br />Huffhh..<br />Itu lah mengapa Doraemon <span style="font-style: italic;">will always be my idol</span>, dan <span style="font-style: italic;">Back to The Future</span> milik Steven Spielberg, dan oh ya, juga buku ketiga Harry Potter.<br /><br />Seandainya bisa hidup di dunia fantasi.<br />Tapi apa bisa dikata, hidup memang selalu mengarah ke depan. Jangankan mundur, berhenti pun kita tak bisa.<br /><br />Aku ingin mengucap maaf atas kesalahan yang tak kusadari. Maaf yang hanya akan menjadi hambar bila dipinta sekarang.<br />Aku ingin menyelesaikan kuliahku lebih cepat, supaya aku tak perlu menyematkan istilah teror di setiap telepon Ibuku.<br />Aku ingin merangkul lagi persahabatan yang sudah mengantarku dewasa, dan entah kenapa diputus oleh egoku sendiri.<br />Aku ingin memenangkan kembali hati seorang laki-laki.<br />Aku ingin berkata tidak.<br />Aku ingin memutar waktu dan menjalaninya dari awal lagi. Karena seandainya saja aku tak berbelok waktu itu, maka hari ini tak kan sama.<br /><br />Tapi katanya, melihat ke belakang ke masa lalu itu menentang sunnah.<br />Jadi hari ini, walaupun terseok-seok, kulakukan segalanya yang kubisa, supaya besok aku takkan berkata <span style="font-style: italic;">"if only I could turn back the time."<br /><br /><br /></span></span></span>Muzdahttp://www.blogger.com/profile/10670847538821178806noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3848240997261939264.post-47808942562345800382010-07-30T11:40:00.002+07:002010-07-30T12:11:57.769+07:00Shrimp's Heart is in Its Head<span style="font-family:verdana;">"Hati udang itu ada di kepalanya."</span><br /><br /><span style="font-family:verdana;">Pertama kali aku mendengar pepatah ini, aku merasa ditampar. Aku dipaksa melihat ke diriku sendiri dan menyadari seberapa parah perubahan tata hati dan otakku.<br />Hati itu seharusnya ada di kepala, atau paling tidak, hati itu jangan kalah pada isi kepala. Mereka seharusnya berdekatan, jangan pernah saling bertentangan. Aku hanya bisa memahami satu maksud dari ini, bahwa apa pun yang terjadi, kepala harus bisa mengontrol hati.<br /><br />Detik itu juga rasanya aku ingin menjadi udang. Hatinya tak jauh-jauh dari otak. Seandainya begitu, takkan pernah lagi aku merasa kesusahan mempertahankan logikaku tetap di kepala.</span><br /><span style="font-family:verdana;">Takkan pernah lagi mungkin aku mendengar sahabatku satu itu berkata, logika dan hatinya tak sinkron.</span><br /><span style="font-family:verdana;">Hati dan otak ada di satu tempat. Hati yang tugasnya merasa itu tempatnya ada di mana pikir berada. Bila sudah begitu, hati dan logika mungkin tak akan bertengkar lagi.</span><br /><br /><span style="font-family:verdana;">Tentu saja kemudian aku punya dua cara memahami pepatah ini.</span><br /><span style="font-family:verdana;">Yang pertama, udang tak akan mengikuti dorongan hati saja, karena otaknya siap menimbang baik buruknya.</span><br /><span style="font-family:verdana;">Atau yang kedua, begitu dekatnya posisi hati si udang dengan otaknya, tapi itu pun tak bisa mencegahnya untuk selalu berjalan "mundur", tak mau maju, maka kemudian lazimlah udang dikatakan bodoh..?</span><br /><br /><span style="font-family:verdana;">Mendadak aku tak ingin lagi menjadi udang.</span><br /><span style="font-family:verdana;">Aku bukan bodoh.<br /><br /><br /></span>Muzdahttp://www.blogger.com/profile/10670847538821178806noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3848240997261939264.post-59433182886333829042010-07-28T14:50:00.004+07:002010-07-28T15:12:52.358+07:00Dishonest<span style="font-family:verdana;">Hai, apa kabar?</span><br /><br /><span style="font-family:verdana;">Aku tak tahu, apakah kalian masih ingat aku?</span><br /><span style="font-family:verdana;">Bila pun ingat, pernahkah kau bertanya, teman, mengapa aku menghilang?</span><br /><span style="font-family:verdana;">Hiatus tanpa pamit?</span><br /><br /><span style="font-family:verdana;">Kujawab, dengan jujur, aku menghilang karena aku kehilangan kejujuranku. Hingga aku merasa malu untuk menulis dan berjumpa denganmu di tempat yang kunamai </span><span style="font-style: italic;font-family:verdana;" >Honest</span><span style="font-family:verdana;"> ini.</span><br /><br /><span style="font-family:verdana;">Pernah suatu waktu ketika aku masih remaja dulu, Ibuku berkata, "Keistimewaanmu itu satu, kau jujur. Jagalah kepercayaan orang padamu, karena sekali kau merusaknya, rusaklah semuanya."</span><br /><br /><span style="font-family:verdana;">Kuiyakan saja.</span><br /><span style="font-family:verdana;">Kuanggukkan saja kepalaku.</span><br /><span style="font-family:verdana;">Manalah aku tahu apakah aku jujur atau bagaimana.</span><br /><span style="font-family:verdana;">Tak pernah aku mencuri.</span><br /><span style="font-family:verdana;">Tak pernah jua aku berbohong.</span><br /><span style="font-family:verdana;">Bila itu yang mereka namakan jujur, maka mungkin aku jujur.</span><br /><br /><span style="font-family:verdana;">Honest.</span><br /><span style="font-family:verdana;">Kejujuran buatku adalah, bila aku mengatakan apa yang harus kukatakan. Bila aku mengakui hal yang mungkin tak mau atau malu diakui orang lain.</span><br /><span style="font-family:verdana;">Tapi bila dengan sadar aku mendustakan sebuah kenyataan, masih pantaskah aku dianggap sebagai orang jujur ?</span><br /><br /><span style="font-family:verdana;">Apakah ketidakjujuran, kawan ?</span><br /><span style="font-family:verdana;">Bila kau berbohong ?</span><br /><span style="font-family:verdana;">Atau bila kau menutupi sesuatu ?</span><br /><br /><span style="font-family:verdana;">Pernah kulakukan kedua-duanya untuk menyelamatkan sesuatu yang kunamai masa depanku, dan sekarang, karena sudah tahu cara dan bagaimana berbohong dan menutupi sesuatu, aku merasa seolah-olah dikutuk untuk selalu waspada dan mengenali setiap gejala dan kejanggalan.</span><br /><br /><span style="font-family:verdana;">"Apakah dia sedang membohongiku?"</span><br /><span style="font-family:verdana;">"Apa yang dia sembunyikan di belakangku?"<br /><br /><br /></span>Muzdahttp://www.blogger.com/profile/10670847538821178806noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3848240997261939264.post-4611999285081850332009-10-17T23:59:00.009+07:002009-10-19T08:10:30.538+07:00Trouble<span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" >Pada suatu malam, aku terjebak dalam segi empat kamarku demi mencoba menuruti saran sahabat baikku untuk mengurung diri saja di kamar bila datang stres.<br />Tak tahu apa yang harus dilakukan, aku merasa kosong.<br />Kompie eror, seperti biasa menuruti suasana hati dan pikiran juragannya. Membaca buku pun anehnya tambah membuatku gelisah. Sialnya lagi, DVD yang ada cuma drama, genre film yang alergi kutonton bila hati sedang kacau.<br />Jadilah aku hanya menyalakan televisi, dan berhenti pada satu channel yang menayangkan Safa dan Marwah.<br />Ya, sinetron itu!<br />Sinetron yang sepertinya menjiplak Prince & The Pauper.<br /><br />Kurasa tak perlulah kuberitahu apakah aku suka atau tidak suka menonton sinetron.<br />Menurutmu ?<br /><br />Jadi, tentang Safa dan Marwah.<br />Sepertinya dua anak gadis ini adalah saudara, atau kemungkinan malah kembar.<br />Safa adalah anak orang kaya dengan keluarga yang bahagia. Gadis satunya, Si Marwah, hanya hidup dengan Ibunya yang miskin. Ia harus bekerja mencukupi kebutuhan keluarganya setelah Si Ibu tak lagi bisa bekerja karena sakit entah apa yang membuat perutnya luka.<br />Entahlah, aku tak pernah menonton episode-episode sebelumnya.<br /><br />Jadi, di episode yang aku tonton itu, diceritakan konflik yang dihadapi dua anak ini.<br /><br />Konflik Safa, adalah dilarang berhubungan dengan laki-laki yang disukainya, karena walaupun berakhlak baik, anak laki-laki ini tak berada. Safa sampai diskors dilarang keluar rumah karena itu. Hukuman itu membuat Safa sedih, selalu melamun, sampai tak berselera makan.<br /><br />Sementara Marwah, diceritakan tak bisa membayar uang kontrakan, karena uang gajinya dijambret orang, sehingga ia dan Ibunya diusir oleh si induk semang. Mereka pun pergi menumpang bis tanpa tujuan. Tak tanggung-tanggung si penulis skenario membuat cerita, pada saat turun dari bis, barang-barang mereka, yang mungkin seluruh harta mereka terlambat diturunkan hingga terbawa bis. Jadilah mereka malam itu berjalan kaki tak tentu arah, belum makan, dan tak tahu harus bermalam di mana.<br />Setelah berjalan cukup jauh, tibalah konflik sesungguhnya. Tiba-tiba jahitan di perut Ibu Marwah terbuka dan berdarah. Marwah menangis meminta pertolongan kepada siapa saja yang lewat di pinggir jalan itu. Tak ada yang mau menolong, bahkan sopir taksi pun tak mau mengulurkan tangan setelah mengetahui bahwa calon penumpangnya itu tak punya uang sepeser pun. Akhirnya anak gadis yang tak punya uang itu hanya bisa menangis di pinggir jalan bersama Ibunya yang pingsan kesakitan.<br /><br />Sampai di sini, cerita itu terpotong iklan, dan aku kemudian memindahkan channel. Berikutnya aku lupa untuk kembali lagi ke sinetron itu. Aku terlalu disibukkan dengan pikiranku sendiri tentang kejomplangan yang mereka alami.<br /><br />Uang memang bukanlah penentu kebahagiaan. Contohnya saja Safa. Ia bisa makan enak, tapi tak bahagia ditiran oleh orang tua. Tapi Marwah, karena sama sekali tak punya uang, juga begitu menderita tak bisa menolong Ibunya yang kesakitan di depan matanya.<br /><br />Semua orang memang punya masalah sendiri-sendiri, tapi bila kondisinya seperti Marwah yang berhadapan dengan ancaman nyawa Ibunya, dan permasalahan Safa berkaitan dengan cinta yang terhalang, bisakah dibandingkan ?<br /><br />Begitulah kenapa aku merasa tak pantas untuk mengabarkan bahwa aku sedang bahagia di depan mereka yang terlilit masalah besar.<br />Tapi juga aku malu mengakui bahwa aku bersedih sementara kesedihan mereka jauh lebih perih.<br />Aku tak bisa membagi masalahku karena yang kuhadapi ini begitu sepele dibandingkan dengan masalah mereka.<br />Walaupun otak dan hatiku begitu capek seolah rasanya kaki di kepala dan kepala di kaki, aku memilih menyibukkan pikiranku sendiri dengan memikirkan masalah orang lain, supaya aku bisa terus menganggap bahwa masalahku ini tak ada artinya.<br /><br />Tapi bila suatu ketika nanti duniaku runtuh, siapakah yang akan menopangkan langit untukku ??<br /><br /><br /><br /></span><div style="text-align: right;"><span style="color: rgb(102, 102, 0);font-family:verdana;font-size:85%;" >Draft ditulis 3 Oktober 2009</span><span style="color: rgb(102, 102, 0);font-family:verdana;font-size:85%;" >, di atas busway yang membawa separuh hatiku pulang.</span><span style="font-size:85%;"><br /></span><span style="font-size:100%;"><span style="font-family:verdana;"><span style="color: rgb(102, 102, 0);font-size:85%;" >Kepada saudara-saudaraku di Padang, maafkanlah keegoisanku.</span><span style="font-size:85%;"><br /><br /></span><br /><br /></span></span></div><span style="font-size:100%;"> </span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" > </span>Muzdahttp://www.blogger.com/profile/10670847538821178806noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3848240997261939264.post-1902302835697408712009-07-17T19:40:00.008+07:002009-07-17T20:06:23.240+07:00Misuh<span style="font-size:100%;"><span style="font-family:verdana;">Komputerku hang (lagi). Dan karena si kompie itu dan aku senyawa, maka bila ia kenapa-napa, aku lah yang sakit, meriang, sakit kepala.<br />Benar. Ini bukan melebih-lebihkan.<br /><br />Saat menyalakan komputer tadi, tiba-tiba layar hitam itu yang kuhadapi, meminta <span style="font-style: italic;">booting</span>.<br />Haiyah.<br />Setelah jurus putus asa memencet tombol kecil bernama <span style="font-style: italic;">"reset"</span> itu tak berhasil, terpaksalah kuinstal ulang. Tapi alamak, bagus <span style="font-style: italic;">bener</span>, <span style="font-style: italic;">hardisk</span>-nya tak terbaca!<br />Ada apa dengan <span style="font-style: italic;">hardisk</span>ku??<br /><br />A*U!!<br />Monyet!<br /><br />Ah, oke...<br /><span style="font-style: italic;">Astaghfirullah.</span><br /><br />Masalahnya, bukan sekali dua ini <span style="font-style: italic;">hardisk</span> itu bermasalah. Pernah pertama kali waktu ia menghilangkan empat bab skripsiku. Kemudian yang kedua, menghilangkan koleksi foto bayi Uwen. Dan yang ketiga... membuatku diomeli Kakakku karena banyak datanya yang hilang tak bisa diangkat, dan aku pun dilarang mengutak-atik komputer lagi.<br /><br />ATU!!!<br /><br />Uhm, apakah kau suka menyumpah? Misuh?<br />Aku iya.<br />Tapi tak terbayang apa jadinya bila semua pisuhan yang keluar dari mulut kita ini menjadi nyata, ya...<br />Jangankan kutukan, menyumpah pun akan dahsyat sekali akibatnya.<br /><br />Jika saja kita hidup di masa Mahabharata, di mana kutukan Gandari bisa membunuh Krishna, dan kutukan Urwasi bisa membuat Arjuna menjadi kasim, maka sekarang ini jumlah manusia akan menyusut dan jumlah binatang membengkak. Dan aku pasti punya kandang besar untuk monyet, dan hahaa, walaupun lebih sedikit jumlahnya, kau pasti tahu apa yang satu itu.<br /><br /><br /></span></span><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6lv9k2mkAuHU_mdw_lrrpk40ur-jH5kjF5An-1tjm2Xg2smD1dGl-vgaVxCs-1zt5gq0OP1piEGR6YGzCXWA5xNEUHij8bLpZSAPHksuHghyphenhyphen2o9LuYKiqcZCFPgZcpxSlIgf5dgemA7U/s1600-h/evil_monkey_301icon.gif"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 107px; height: 107px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6lv9k2mkAuHU_mdw_lrrpk40ur-jH5kjF5An-1tjm2Xg2smD1dGl-vgaVxCs-1zt5gq0OP1piEGR6YGzCXWA5xNEUHij8bLpZSAPHksuHghyphenhyphen2o9LuYKiqcZCFPgZcpxSlIgf5dgemA7U/s320/evil_monkey_301icon.gif" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5359407560809707842" border="0" /></a><span style="font-size:100%;"><span style="font-family:verdana;"><span style="font-weight: bold;"><br />PS :</span><br />Sstt, aku yakin banyak teroris akan bertransformasi menjadi beragam bentuk hari ini, jika saja semua pisuhan dan kutukan itu dihitung sebagai doa yang langsung dijawab.<br /><br /><br /><span style="font-size:85%;">Foto Munyuk'e dari <a href="http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.ramalanprimbon.com/wp-content/uploads/2008/10/evil_monkey_301icon.gif&imgrefurl=http://www.ramalanprimbon.com/shio-monyet-dalam-pandangan-ramalan-primbon/&usg=__leXBuZfqPeoMKb7GbUIgJNz_dGs=&h=350&w=350&sz=31&hl=id&start=26&um=1&tbnid=qnuKr2sHLyll-M:&tbnh=120&tbnw=120&prev=/images%3Fq%3Dfoto%2Bmonyet%26ndsp%3D20%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official%26sa%3DN%26start%3D20%26um%3D1">sini</a></span><br /></span></span>Muzdahttp://www.blogger.com/profile/10670847538821178806noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3848240997261939264.post-2066308515264506782009-07-09T02:25:00.006+07:002009-07-09T02:58:14.653+07:00Bunuh Diri dan Nama Baik<span style="font-size:100%;"><span style="font-family:verdana;">Baru-baru ini seorang teman bicara tentang pencemaran nama baik. Tak pelak, aku menengok kalender dan yakin, bahwa kasus Prita sudah lewat lama, tergantikan oleh meninggalnya Michael Jackson dan Debat Capres, dan sekarang sudah ketahuan siapa yang akan melanjutkan kerja siapa.<br /><br />Ia, temanku ini bercerita, bahwa sebuah gosip dihembuskan untuk mencemarkan nama baiknya, dan dengan demikian hampir membunuh karakternya. Katanya …<br /><br />Haiyah, kenapa aku jadi bergosip ??<br /><br />Begini …<br /><br />Aku hanya teringat cerita Putri Hsiang dari jaman Dinasti Ching. Putri Hsiang ini adalah selir Kaisar Chien Lung yang tubuhnya mengeluarkan bau wangi karena selalu mandi dengan air susu unta berpunuk dua. Ia dijuluki Selir Harum yang tariannya bisa mengundang kupu-kupu. Sesungguhnya aku tak begitu yakin bagaimana cerita sebenarnya, ada begitu banyak versi, dan terlalu banyak khayal dan fiksi yang disematkan pada cerita ini.<br /><br />Yang pasti ia berasal dari suku Uighur, dekat-dekat Turki, muslim katanya. Ada versi yang menceritakan bahwa ia adalah tawanan saat tanahnya dikalahkan, dan ada yang bilang ia dihadiahkan oleh Ayahnya kepada Kaisar Chien Lung sebagai bentuk transaksi politik.<br /><br />Apa pun versinya, hampir semua bersepakat bahwa ia mati di dalam Kota Terlarang, dibunuh. Penyebabnyalah yang simpang siur. Diceritakan ia mati karena berusaha membunuh Kaisar, dan ada pula yang menceritakan kematiannya sebagai akibat dari kecemburuan Permaisuri dan kebencian Ibu Suri.<br /><br />Yang pasti, Hsiang Fei, atau Selir Harum, atau Epar Khan ini meninggal, dibunuh.<br />Dan untuk melindungi nama baik Sang Putri dan memulihkan kehormatannya, Istana mengumumkan dan dicatatkan dalam sejarah, bahwa Putri Hsiang telah bunuh diri dengan terjun ke sumur atau menggantung diri.<br /><br />Di sinilah maksudku, bagaimana bisa tindakan bunuh diri disepadankan dengan kehormatan dan nama baik?<br />Tunda dulu perbandingan dengan samurai dan filosofi kehormatannya yang rumit, itu (mungkin) berbeda.<br /><br />Tapi bila tentang seorang wanita, yang karena intrik politik dan kedengkian orang lain ia dibunuh, lalu demi kehormatan nama baiknya, kemudian ia diberitakan telah bunuh diri, di mana logikanya?<br />Sama sekali tak sampai ke otakku.<br /><br />Aku sendiri akan lebih bangga bila kematianku disebabkan oleh pembunuhan dari pada karena bunuh diri.<br />Tentu saja banyak yang menjadi pertimbangan, seperti misalnya tahun berapa cerita itu berasal, bagaimana kondisi masyarakatnya, cara berpikir orang-orangnya pada zaman itu, atau keyakinan yang mereka anut. Akan ada banyak bahasan dan pembenaran.<br /><br />Tapi aku menolak mengerti.<br />Walaupun aku tahu ada banyak celah untuk membenarkan tindakan orang-orang yang hidup jauh di masa lalu itu, aku tetap tak bisa berempati.<br />Aku tak mau memahami, karena walau sampai pusing pun aku berputar memikirkan, pertanyaan dan kegelisahanku tak jua terpuaskan.<br /><br />Bunuh diri, bagiku adalah pencemaran nama baik yang sesungguhnya.<br />Tanda bahwa kita lemah, tak berdaya, berpikiran pendek, dan tak punya iman.<br /><br /><br /><br /></span></span><div style="text-align: right;"><span style="font-size:85%;"><span style="font-family:verdana;"><span style="color: rgb(102, 102, 0);">Untukmu sahabatku yang terobsesi pada mati, berhentilah bicara tentang bunuh diri.<br />Aku membencimu untuk itu.<br />Aku benci pada kata-kata yang kau olah itu, serius atau pun hanya meminta puji.</span></span><br /></span><span style="font-size:85%;"><span style="font-family:verdana;"><span style="color: rgb(102, 102, 0);">Dan kau boleh yakin, pada hari ketika seharusnya kau diyasinkan,<br />aku akan mencela keputusanmu dan berkata,<br />bahwa kau mati karena terlalu takut hidup.</span></span><br /><br /></span><br /></div><span style="font-size:100%;"><br /></span>Muzdahttp://www.blogger.com/profile/10670847538821178806noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3848240997261939264.post-39840410833409854592009-07-06T01:32:00.003+07:002009-07-06T01:40:24.445+07:00Menunggu<a style="font-family: verdana;" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg11mgibtzq8dUvr5CmjxCVaGrXV1i0u-Bue7-v_Wyusj_fO_BuqpL1Rj4qNAfSpg-H4LzMHexBkJvs1QiN6A9XxlIbNUX-jnn4wBG26vcbBbhunLOIRftxnyL6kDcIQKYBdOpLKP-XgGw/s1600-h/Shin.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 201px; height: 233px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg11mgibtzq8dUvr5CmjxCVaGrXV1i0u-Bue7-v_Wyusj_fO_BuqpL1Rj4qNAfSpg-H4LzMHexBkJvs1QiN6A9XxlIbNUX-jnn4wBG26vcbBbhunLOIRftxnyL6kDcIQKYBdOpLKP-XgGw/s320/Shin.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5355037685325086546" border="0" /></a><br /><span style="font-family:verdana;">Lampu itu benderang setiap malam meminta pertolongan.</span><br /><span style="font-family:verdana;">Tidakkah kau lihat ?<br />Bukankah langitku adalah langitmu jua ?</span><br /><br /><span style="font-family:verdana;">Sudah pernah kukatakan, pahlawan tak perlu menyaru menjadi pujangga, karena dirinya sendiri adalah puisi.</span><br /><br /><span style="font-family:verdana;">Menghitung hari ternyata bukan cuma ungkapan.</span><br /><br /><span style="font-family:verdana;">Kau lihat Prabowo sudah pasrah menjadi wakil saja.</span><br /><span style="font-family:verdana;">Manohara juga sudah kembali.</span><br /><span style="font-family:verdana;">Dan Michael Jackson mati.</span><br /><span style="font-family:verdana;">Rambutku yang sepunggung itu pun sudah kupangkas pendek.</span><br /><br /><span style="font-family:verdana;">Tapi kau belum kembali.</span><br /><span style="font-family:verdana;">Lalu lagu apa </span><span style="font-family:verdana;">yang </span><span style="font-family:verdana;">sekarang harus kunyanyikan ??<br /><br /><br /></span>Muzdahttp://www.blogger.com/profile/10670847538821178806noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3848240997261939264.post-85819475969383209872009-06-28T07:07:00.003+07:002009-06-28T09:20:46.019+07:00Mimpi Buruk<span style="color: rgb(102, 102, 0);"><blockquote style="color: rgb(102, 102, 0); font-family: verdana; font-size: 100%;">Teruslah membaca, kawan, atau lompatilah sampai paragraf empat.<br />Aku tak sedang menakut-nakutimu. Ini bukan cerita hantu.</blockquote><br /><span style="color: rgb(51, 51, 51);font-family:verdana;font-size:100%;" >Seorang teman bercerita bahwa tadi malam ia <span style="font-style: italic;">tindihan</span>. Kau tahu apa itu <span style="font-style: italic;">tindihan</span>?<br />Aku tak tahu, karena belum pernah mengalaminya.<br />Beberapa temanku acap mengalami peristiwa ini. Kata mereka, tindihan adalah suatu situasi menakutkan di mana tubuhmu tak bisa bergerak, berat seperti ada kekuatan yang menindihmu. Kekuatan yang berasal dari makhluk alam lain yang datang ketika kau sedang tidur.<br /><br />Ada yang mengatakan bahwa yang datang ini adalah makhluk hitam besar yang mungkin bernama Genderuwo, atau seperti temanku tadi malam, ia didatangi oleh makhluk (mungkin) perempuan yang berwujud seperti <span style="font-style: italic;">manequin</span>. Seksi, iya, tapi juga keras tak bernyawa tak bermata tak berhidung tapi bermulut yang berusaha menghisapmu seperti Dementor.<br /><br />Kau tak bisa bergerak, tapi masih bisa berpikir.<br />Masih bisa memotivasi diri untuk bangun.<br />Masih bisa mengucap doa dalam hati.<br /><br />Hanya mimpikah, atau betul-betul nyata ?<br />Entahlah, aku tak ingin terkesan sok jago dengan mengatakan bahwa itu cuma mimpi. Aku belum pernah mengalaminya. Dan aku juga tak ingin mendebat hal-hal di luar akalku, lebih lagi karena hal itu ada di luar kemampuan dan pengetahuanku.<br /><br />Jadi lebih baik kita bahas masalah mimpi buruk saja, karena tadi malam pun aku bermimpi, mimpi yang bisa kukategorikan buruk.<br /><br />A</span><span style="color: rgb(51, 51, 51);font-family:verdana;font-size:100%;" >pakah tadi malam kau juga bermimpi buruk? Iya?<br />Apakah kau terbangun, langsung terduduk di tempat tidurmu, berkeringat dan nafasmu naik turun persis seperti di film-film horor?<br />Apakah kau kaget seolah kau baru saja ditampar?<br />Ataukah kau tiba-tiba bangun dan matamu nyalang menatap langit-langit kamar?<br />Atau seperti aku, kau tersenyum dan menarik nafas lega?<br /><br />Apa memangnya ketakutan terbesarmu sampai kau menyematkan label buruk dalam sebuah mimpi?<br />Bunga tidur. Kata orang tua zaman dulu, mimpi adalah bunga tidur, a</span><span style="color: rgb(51, 51, 51);font-size:100%;" ><span style="font-family:verdana;">tau pun pengharapan yang berada jauh di belakang otakmu. Kata mereka juga, mimpi adalah visualisasi ketakutanmu.</span></span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" ><br /><br /><span style="color: rgb(51, 51, 51);">Mimpi yang bisa kubilang buruk adalah mimpi bahwa hari ini aku harus masuk kerja, tapi aku langsung tersenyum menyadari bahwa ini hari Minggu.</span><br /><span style="color: rgb(51, 51, 51);">Mimpi yang bercerita tentang pertengkaranku dengan seorang teman baik, dan kelegaan yang menyertai begitu aku bangun.</span><br /><span style="color: rgb(51, 51, 51);">Mimpi tentang mantan pacar yang sudah punya pacar baru. Kalau yang ini aku memang was-was.</span><br /><span style="color: rgb(51, 51, 51);">Atau mimpi bahwa aku sudah membuat marah orang tuaku. Aku bangun dengan ketakutan, tapi sungguh rasanya aku ingin menangis lega menyadari ternyata itu tak nyata.</span><br /><br /><span style="color: rgb(51, 51, 51);">Aku tak pernah ingat mimpi buruk lain, seperti yang sering diceritakan di film-film horor. Kecuali satu.</span><br /><span style="color: rgb(51, 51, 51);">Mimpi tentang ular.</span><br /><span style="color: rgb(51, 51, 51);">Kau belum tahu kan, aku phobia dengan ular.</span><br /><span style="color: rgb(51, 51, 51);">Aku takut, jijik, ngeri. </span><span style="font-style: italic; color: rgb(51, 51, 51);">Gilo</span><span style="color: rgb(51, 51, 51);">. Aku </span><span style="font-style: italic; color: rgb(51, 51, 51);">gilo</span><span style="color: rgb(51, 51, 51);">.</span><br /><br /><span style="color: rgb(51, 51, 51);">Masalahnya, setiap aku mendengar ada yang menyebut nama hewan ini, setiap kali aku melihat gambarnya atau melihatnya di TV, ia selalu datang dalam mimpiku.</span><br /><span style="color: rgb(51, 51, 51);">Dalam mimpi itu, aku selalu berada dalam satu ruang tertutup bersamanya. Entah satu entah banyak. Dan di luar sana, ada orang-orang yang selalu saja tak mau menolongku, sekeras apa pun aku menangis dan minta tolong.</span><br /><br /><span style="color: rgb(51, 51, 51);">Kata orang yang percaya mimpi, mimpi tentang ular, dikejar atau pun digigit itu artinya akan dapat jodoh.</span><br /><span style="color: rgb(51, 51, 51);">Manalah kupercaya, sedangkan mimpi itu selalu membuatku takut, mengigau, dan kehabisan nafas sampai kadang aku harus dibangunkan.</span><br /><br /><span style="color: rgb(51, 51, 51);">Haih, apalah...</span><br /><span style="color: rgb(51, 51, 51);">Yang pasti aku selalu bersyukur setiap kali bermimpi buruk, karena aku tahu bahwa itu hanya ada dalam tidur.</span><br /><br /></span></span>Muzdahttp://www.blogger.com/profile/10670847538821178806noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3848240997261939264.post-75441802909629084692009-06-22T23:44:00.004+07:002009-06-23T00:50:28.496+07:00Uang Receh<span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" >Malam itu di angkringan Kali Code, aku berpura-pura menjadi melarat dengan menyantap nasi bungkus berisi lima sendok dengan lauk beberapa gelintir teri atau beberapa potongan kecil tempe, yang populer disebut nasi kucing, sebagai menu makan malam.<br /><br />Bersama tiga orang teman, kami bercengkerama, berlagak menikmati kesahajaan menyebut diri membumi. Padahal yang sebenarnya adalah, kami hanya gagal mendapat tempat di angkringan ber-<span style="font-style: italic;">hotspot</span> yang bernama House of Raminten.<br />Duduk lesehan di atas gelaran tikar, menyediakan receh untuk pengamen dan peminta-minta yang lalu lalang.<br /><br />Lewat pengamen waria dengan dandanan seperti Dewi Perssik membawakan lagu "Ketahuan".<br />Lalu ada peminta-minta usia remaja yang berwajah murung.<br />Dan Nenek-Nenek yang berjalan tertatih-tatih, berucap, "Den, pareng, Den.."<br />Anak gadis bersuara lantang membawa <span style="font-style: italic;">ecrek-ecrek</span> yang terbuat dari tutup botol.<br />Ibu-Ibu <span style="font-style: italic;">nyinden</span>.<br />Pemuda gagah memetik gitar "Seize the Day" milik Avenged Sevenfold.<br /><br />Sampai....<br />Lewatlah seorang anak perempuan berumur sekitar 8 tahun meminta uang makan.<br /><br />Aku sudah terbiasa bertemu dengan mereka. Hatiku sudah terlatih untuk <span style="font-style: italic;">shock</span>, tersentuh, dan merasa normal lagi di menit berikutnya.<br />Tapi di belakang gadis kecil ini, berjalan adiknya.<br /><br />Kecil. Memakai celana panjang putih. Kepalanya ditutup rapat dengan <span style="font-style: italic;">kupluk </span>jaketnya. Sepatunya pun rapat tertutup berwarna putih.<br /><br />Masya Allah!<br />Umurnya tak lebih dari 2 tahun!<br />Siti Munawaroh namanya.<br /><br />Anak itu seumuran <a href="http://muzdalifah-muhlan.blogspot.com/2009/06/uwen-uwen.html">Uwen</a>!<br /></span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" >Dan itu sudah jam 10 malam.<br /></span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" >Pada jam itu Uwen pasti sudah tidur, hangat, kenyang, dicintai, banjir perhatian, masa depannya sudah dipersiapkan.</span><br /><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" ><br />Tak jelas apa yang mendorongku meraih anak itu. Kupangku ia. Kudekap. Kucium.<br />Demi Tuhan. Dia masih kecil.</span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" ><br /></span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" >Ia menguap, dan kurasakan badannya mulai melemas dalam dekapanku.<br />Kemudian si Kakak menariknya, mengajak berkeliling lagi.<br /><br />Ya Allah.<br />Ya Allah.<br /><br />Selain uang kecil yang kuberikan untuknya, apa lagi yang bisa kulakukan untuk menghilangkannya dari bayangan mataku?!<br />Tolong!<br /><br /></span>Muzdahttp://www.blogger.com/profile/10670847538821178806noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3848240997261939264.post-40183743304877896162009-06-19T18:43:00.002+07:002009-06-19T18:54:18.228+07:00Guilty Pleasure<span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" >Perih.<br /><br />Tak kusangka melakukan suatu aktivitas yang begitu standar dan menyenangkan seperti makan bisa membuatku kena masalah. Bukan karena perutku menolaknya, bukan pula karena aku tak suka rasanya. Justru aku sangat suka, dan seperti semua kenikmatan lain, aku terus-terusan melakukannya sampai lidahku lecet dan bibirku terasa asin.<br /><br />Makan kwaci.<br />Kau masih ingat kan, cemilan ini begitu populer waktu kita kecil. Aku tak tahu kandungan gizinya, yang kutahu hanyalah bahwa makan kwaci ini begitu mengasyikkan.<br />Lama aku tak pernah lagi makan kwaci. Kemarin, tiba-tiba aku melihat di atas meja makan ada sebungkus besar kwaci biji bunga matahari. Seketika aku menyambarnya dan berkumpul bersama orang rumah sambil tak henti-henti menelateni kwaci, mengabaikan hal lain yang membutuhkan perhatian kami, sambil cekikikan menghitung kegembiraan kami pada kesenangan yang lugu ini. Semacam nostalgia, kami tak henti-henti bercerita tentang pengalaman makan kwaci ketika kecil, dan hal itu merembet pada cerita lain.<br /><br />Ukurannya tak lebih dari kuku jari kelingking, penampilan luarnya kisut dan jelek, dan isinya pun tak terasa istimewa. Malah mendekati hambar. Tapi entah kenapa cemilan ini begitu adiktif. Kata orang, karena diperlukan suatu usaha yang keras untuk bisa menikmati isinya, jadilah dagingnya itu menjadi sangat berharga.<br />Hm, definisi yang filosofis.<br /><br />Memang perlu teknik tersendiri untuk memakan kwaci, tak asal buka dan telan saja. Teknik ini sepertinya secara alami kita pelajari waktu kecil dulu. Kombinasi antara menggigit dan menjulurkan lidah. Dan untuk melakukannya, dibutuhkan konsentrasi dan posisi yang mapan, tak bisa disambi dengan hal lain.<br />Ya, mungkin bisa, tapi hanya dengan satu tangan. Dan dengan separo perhatian tertuju pada kulit dan isinya yang berlomba itu, ada kemungkinan tertukar antara kulit dan isi sehingga bisa-bisa kita menelan kulitnya dan membuang isinya, bisakah kita, paling tidak, 80% mengerjakan hal lain?<br />Kurasa inilah pembeda kwaci dan cemilan lain.<br /><br />Sekali memakannya, kita tak bisa berhenti. Baru terasa akibatnya bila mulut sudah jontor, dan saat itu pun, kita terus melakukannya sampai habis atau bila kita terpaksa harus melakukan hal lain.<br /><br />Semacam <span style="font-style: italic;">guilty pleasure</span>?<br /><br />Jadi, apa <span style="font-style: italic;">guilty pleasure</span>-mu?<br />Main internet tak sudah-sudah walaupun jam dinding menunjukkan jam 11 siang, sementara pekerjaanmu belum ada yang beres?<br />Melirikkan mata beberapa derajat dari pacarmu ke arah makhluk <span style="font-style: italic;">sexy</span> itu?<br />Mengantongi sabun dan shampo hotel?<br />Nyolong mangga?<br />Nonton bokep?<br />Membatalkan puasa sebelum bedug Magrib?<br /><br />Bila kau tanya aku, wah, daftarnya bisa menjadi sangat panjang.<br />Seingatku daftar itu sudah kumulai sejak aku masih 4 tahun, ketika setiap hari aku membuang susu yang harus kuminum ke petak bunga. Aku merasa bersalah, tapi juga ada rasa senang yang aneh ketika aku berpikir aku bisa mengelabui orang tuaku.<br />Mana pernah aku menyangka waktu itu, bahwa Ayahku yang setiap sore menyiram tanaman bisa melihat kenapa bunga-bunganya bisa berwarna putih.<br /><br />Tentu analoginya tak terbatas, dan contohnya bisa diperlebar.<br />Tapi untuk sementara ini, kwaci inilah yang begitu menyentuhku. Karena aku masih tak bisa berhenti walaupun sudah lecet, separo jontor, dan perutku menggelegak karena belum diisi nasi sejak siang.<br /><br />Bahkan sekarang pun, asal kau tahu, membutuhkan waktu yang lama untuk menuliskan cerita sederhana ini, karena aku melakukannya sambil makan kwaci.<br />Atau makan kwaci sambil menulis?<br /><br />Ups,<br />Tertukar lagi, aku lagi-lagi menelan kulitnya dan membuang isinya.<br />Makan kwaci itu memang tak boleh diselingi dengan kegiatan lain.<br /><br /></span><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEih_IfBpjQZAMYwenFj1bVWic2F5s8qMYhfYgDYoQYJU7A-N2ll0KwAxj6xHSQwqMBIKK2uFefQ6-wBVv-E3wG1T2uKrJhDCpjgO02uee1xBn1_L6fmJw57L6N-FtcOF5T_nJcIGbvPCts/s1600-h/wink.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 136px; height: 105px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEih_IfBpjQZAMYwenFj1bVWic2F5s8qMYhfYgDYoQYJU7A-N2ll0KwAxj6xHSQwqMBIKK2uFefQ6-wBVv-E3wG1T2uKrJhDCpjgO02uee1xBn1_L6fmJw57L6N-FtcOF5T_nJcIGbvPCts/s320/wink.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5349002062675427314" border="0" /></a><br /><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" ><br /></span>Muzdahttp://www.blogger.com/profile/10670847538821178806noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3848240997261939264.post-43277762145457858682009-06-17T20:43:00.003+07:002009-06-17T20:49:57.901+07:00Penyakit Hati<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOZn1qWH7D177CC_edrieQSqDfkOYsFb2-D5EwaztICD5qDaxn6yuJshp4lIu1lSmbQ-D8P7Ie5F7NXtSFPyZm1VAvr9usWHVmktXsmWsUsb-0P9djLbVDtHdx4rqrVolNkhnrhadoFGI/s1600-h/Hati.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 200px; height: 157px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOZn1qWH7D177CC_edrieQSqDfkOYsFb2-D5EwaztICD5qDaxn6yuJshp4lIu1lSmbQ-D8P7Ie5F7NXtSFPyZm1VAvr9usWHVmktXsmWsUsb-0P9djLbVDtHdx4rqrVolNkhnrhadoFGI/s200/Hati.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5348290853313568994" border="0" /></a><br /><span style="font-size:100%;"><span style="font-family:verdana;"><span style="color: rgb(102, 102, 0);"><blockquote style="color: rgb(102, 102, 0); font-family: verdana; font-size: 100%;">“Sakit hatiku, Muzda. Tega dia nusuk aku dari belakang."</blockquote></span><br />Hati yang sakit apakah obatnya ?<br />Waktu.<br />Tak ada penawar yang lebih ampuh lagi.<br /><br /><span style="color: rgb(102, 102, 0);"><blockquote style="color: rgb(102, 102, 0); font-family: verdana; font-size: 100%;">“Aku patah hati .... Muzda tolooong. Rasanya mau gantung diri saja.”</blockquote></span><br />Patah hati ?<br />Patah jadi dua atau pun remuk berkeping-keping, selalu ada lem pelekat yang bisa menyatukannya lagi.<br /><br /><blockquote style="color: rgb(102, 102, 0); font-family: verdana; font-size: 100%;">“Hancur, hancur hatiku. Hatiku hancur."</blockquote><br />HanTu ?<br />Oh, Olga terlalu hancur rupanya, sampai cuma dua kata itulah yang bisa diucapkannya.<br />Apakah ia bersedih terus-terusan ?<br />Tidak. Olga lebih banyak tertawa. Karena siapa bilang hati yang hancur itu selamanya? Ia bisa di<span style="font-style: italic;">rebuild</span> dengan teknik yang tak pernah kita pelajari.<br /><br />Hati itu juga kasihan, ia bisa jatuh.<br />Jatuhnya sering membuat orang tertawa dan juga menangis sekaligus.<br /><br />Bohong besar bila hati sakit sampai berdarah, kita bisa mati.<br />Apa lagi bila nestapa ini disebabkan oleh jenis cinta yang hanya dipandang dari sudut yang sempit. Cinta kepada lawan jenis?<br /><br />Haih, mati sajalah sudah.<br /><br />Ya, aku memang pernah mengaku patah hati. Siapa pula yang tidak ?<br />Tapi aku tak percaya pada rumus patah hati sampai mati.<br /><br />Biar kuceritakan pengalaman masa remajaku yang dulu masih memandang dunia sebagai tempat berwarna merah muda. Di suatu waktu aku tiba-tiba berteriak ketika mendapati bahwa dunia itu bisa berubah menjadi kelabu.<br /><br />Orang tuaku mengatakan, sakit hati yang dulu kurasakan itu tak akan membawaku mati. Tapi ada penyakit hati yang bisa membuat jalanmu mulus ke neraka.<br />Aku masih ingin <span style="font-style: italic;">ending</span> yang bahagia ketika itu, seromantis yang bisa dibayangkan anak perempuan berumur 14 tahun. Aku memutar mata mendengar petuah ini, maka kemudian aku dihadiahi sebuah buku kecil yang berjudul <span style="font-weight: bold;">“Penyakit Hati.”</span><br /><br />Satu-satunya buku yang kuterima dengan hati yang tak segembira biasanya.<br /><br />Waktu itu aku sungguh ingin membaca tentang Putri yang dijemput oleh Pangeran. Aku ingin membaca tentang betapa seorang gadis bisa menemukan cinta lain. Aku ingin dihibur dengan mengetahui bahwa di sana selalu ada anak laki-laki lain yang lebih hebat, yang bisa membuat cemburu cinta pertamaku ini.<br /><br />Tapi di buku itu hanya ada bahasan tentang iri, dengki, dan dendam.<br />Kesombongan dan takabur.<br />Pamer dan kelicikan.<br /><br />Itulah katanya penyakit hati yang sebenarnya, yang akan benar-benar membuatmu berhenti hidup sebagai manusia.<br />Sekarang aku tahu, sakit hati yang ada di lagu-lagu cengeng itu hanyalah bualan saja.<br /><br />Aku juga percaya, siapa pun yang yakin bahwa ia tak punya penyakit hati, itu bohong.<br />Apalah itu selain kesombongan ?<br />Dan bukankah Narcissus memang pernah hidup?<br /><br />Dengan menuliskan ini pun berarti aku telah menunjukkan penyakit hatiku.<br />Aku hanya tak tahu seberapa parahkah ia menggerogoti, karena sampai sekarang buku itu tak pernah tuntas kubaca.<br /><br /><span style="font-style: italic;">Wallahu'alam.</span><br /><br /><span style="font-size:85%;"><a style="color: rgb(153, 102, 51);" href="http://www.blupointpet.com/catpoint/imagesna/hear01.jpg">Sumber foto</a><br /></span></span></span>Muzdahttp://www.blogger.com/profile/10670847538821178806noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3848240997261939264.post-80057991968430885162009-06-16T21:28:00.002+07:002009-06-16T21:32:39.506+07:00Gosip Maling<span style="font-size:100%;"><span style="font-family:verdana;">Kampungku gempar semalam, katanya ada maling.<br />Dan rumahku gempar tadi sore, karena kami baru mendengar ceritanya hari ini.<br />Jangan tanyakan kenapa kami baru tahu ini tadi, karena aku pun yang masih bangun pada jam 2 malam waktu kejadian itu, tak mendengar apa-apa.<br /></span></span><span style="font-size:100%;"><span style="font-family:verdana;"><br />Kami di kampung ini </span></span><span style="font-size:100%;"><span style="font-family:verdana;">-rumah ini ada dalam gang, ingin kusebut kompleks tapi ya bukan- </span></span><span style="font-size:100%;"><span style="font-family:verdana;">tak pernah punya kejadian yang heboh-heboh betul, dan aku pun memang tak begitu peduli dengan gosip tetangga. Seringkali aku hanya menjadi pendengar ke sekian dari mata rantai gosip ini, hingga selalu di mana pun aku berada, aku adalah orang yang terakhir tahu.<br /><br />Aku baru tahu pohon mangga yang sering kucolong di kebun tetangga itu ditebang, padahal pohon itu ada di belakang rumahku. Jangankan itu, siapa Ketua RT yang baru pun aku tak tahu, jadi wajar sajalah bila pemilu kemarin itu aku tak terdaftar. Dan aku juga baru tahu ini, bahwa rumah tetangga di sebelah itu semalam hampir dimaling.<br /><br />Katanya, malam itu sekitar jam 2, si Mbak penjaga rumah mendengar ada suara seperti menggaruk-garuk di dinding. Dan ketika dicek, ia melihat ada tangan terjulur lewat lubang angin di atas pintu.<br />Kontan si Mbak berteriak dan langsung menghambur keluar rumah. Menurutku tindakan ini adalah refleks Si Mbak yang luar biasa berani, karena ia lupa untuk berpikir bahwa mungkin saja si calon maling itu adalah orang kejam dan berkawan, yang bisa saja berbuat sesuatu yang bisa membuat Si Mbak untuk terpaksa diam.<br /><br />Untunglah, di luar, Si Maling sudah tak kelihatan, mungkin kaget dengan teriakan Si Mbak. Kemudian beberapa warga kampung yang ronda dan pemuda yang biasa nongkrong mendengar keributan. Entah apa alasannya, padahal tak ada yang sempat dicuri, mereka memanggil polisi. Tiga sekaligus yang datang!<br /><br />Aku tak tahu persis kejadiannya bagaimana, tapi katanya, di antara kerumunan itu rupanya sudah sejak awal si maling menyaru menjadi orang yang ikut penasaran dengan keributan itu. Ia bahkan bertanya, <span style="font-style: italic;">“</span>Ono opo tho Kang, kok ribut-ribut?”<br />Tak ada yang curiga pada maling berperawakan kecil ini, padahal wajahnya tak familiar. Dan baru terpikir sekarang, kenapa ia sebagai orang luar berada di kampung sini pada jam 2 pagi?<br /><br />Maka saat itulah, entah karena analisa yang memang hebat ataukah hanya karena ia sudah begitu sering berhadapan dengan kasus serupa, seorang polisi melihat ada bekas putih di kaki si maling, yang menandakan bahwa ia baru saja memanjat dinding rumah tetanggaku itu dalam usaha menggapai lubang udara.<br />Tertangkaplah ia, dan berikutnya ditemukan beberapa bukti yang memberatkan.<br /><br />Kisah selanjutnya di kantor polisi ?<br />Ah, tak usahlah kuceritakan, kau toh sudah tahu.<br /><br />Saat aku mendengar kejadian ini, tanpa kukehendaki aku merasa kagum pada kerja si polisi. Hanya dia yang menyadari ada keganjilan di kaki si maling. Orang-orang lain mana sadar, paling hanya ada yang sok-sokan tahu ketika si maling sudah tertangkap, bahwa katanya dia sudah dari awal curiga.<br />Bah, gayanya saja kuat.<br /><br />Membayangkan bagaimana cara kerja polisi itu, aku langsung teringat dengan Hercule Poirot dan Conan, dua detektif yang punya kemampuan analisa yang mendalam meskipun mereka hanyalah tokoh fiktif.<br />Conan hanya perlu menghubung-hubungkan fakta ganjil, dan setelah itu ia akan meminjam suara Detektif Mouri. Atau favoritku Hercule Poirot, yang tak peduli pada sidik jari ataupun bukti yang jelas berupa pistol di lemari baju, misalnya. Poirot berkata, temukanlah fakta dan singkirkan opini. Buatlah pembeda antara keduanya.<br />Dan dari sana, walaupun telah diputar-putarkan sampai ke beberapa negara sekalipun, sel-sel kelabunya akan menemukan jawaban teka-teki itu tepat di hadapan mata.<br /><br />Terberkatilah orang yang punya analisa yang kuat, atau mungkin dalam hal ini kepekaan dalam melihat suatu kejadian atau keadaan yang tak biasa.<br />Aku tak berbakat di sana.<br />Aku ini tak peka, kecuali untuk hal-hal yang menjadi perhatianku, dan parahnya itu sedikit sekali.<br />Memang susah untuk menjadi orang yang terlalu asyik dengan dunia sendiri, sampai tak peduli ada tetangga yang disambangi maling, padahal saat itu aku sedang berkutat dengan komputer di kamar.<br />Jaraknya hanya dua bukaan pintu, tapi aku tak mendengar apa-apa.<br /><br />Saat aku mengungkapkan keprihatinanku pada tetangga sebelah, seorang tetangga lain menyelutuk, “Piye tho Mbak, kok bisa ketinggalan gosip hangat<span style="font-style: italic;">.”</span><br />Aku hanya menyeringai. Susah menanggapi orang bergosip. Mau bilang aku tak suka bergosip, kok ya kedengarannya kasar. Aku ini kan pendatang, belum genap 3 tahun aku di sini. Apa pula lah nanti kata mereka, sedang pulang kerja jam 12 malam pun aku pernah digunjing.<br /><br />Haiyah …<br /><br />Memang aku tak peduli gosip, tapi sebenarnya aku tak tahu, apakah aku ini tak suka gosip atau hanyalah tak peka.<br />Entah kenapa orang-orang di sekitarku bisa membuat perbedaan keduanya hanya setipis tirai jendela, sampai pernah aku dihinggapi satu jenis rasa aneh yang mendekati malu ketika suatu saat aku bertanya siapa nama istri Pasha, dan aku dijawab bahwa mereka sudah bercerai.<br />“Huu, dasar ketinggalan zaman.” Kata temanku waktu itu.<br /><br />Heh?! Sejak kapan tak tahu gosip artis itu dianggap ketinggalan zaman?<br /><br /></span></span>Muzdahttp://www.blogger.com/profile/10670847538821178806noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3848240997261939264.post-59086707981136577002009-06-13T21:22:00.001+07:002009-06-13T21:25:40.045+07:00Diet ??<span style="font-size:100%;"><span style="font-family:verdana;">Serba salah.<br />Gemuk salah. Kurus salah.<br /><br />Setiap kali aku bertemu dengan teman lama, mereka hampir selalu berkata, “Kok sekarang jadi kurus begitu?”<br />Atau bila bertemu orang baru, “Kamu diet apa? Bagi-bagi rahasia dong.”<br /><br />Astaga!<br />Aku tak pernah berdiet. Sumpah.<br />Entah itu untuk diet kesehatan, atau diet menguruskan badan.<br />Lagi pula entah kapan kata diet ini mengalami pergeseran makna. Bukankah sejatinya diet itu berarti pengaturan pola makan, dan bukannya menahan makan?<br /><br />Kukatakan padamu, aku kurus begini karena ada yang salah di sistem pencernaanku.<br />Bukan maag bukan apa. Entahlah apa namanya.<br />Dokter yang pertama bilang ada infeksi di saluran pencernaan. Dokter yang kedua malah cuma mengatakan dua hal ketika kutanyakan apa masalahku, yaitu apakah aku tak pernah makan ataukah badanku memang terdiri dari tulang semua. Katanya pencernaanku busuk.<br />Tega betul Dokter itu.<br /><br />Aih, memang cetakannya begini.<br />Lagi pula aku bingung, bagaimana mungkin aku bisa kena masalah pencernaan bila makanku banyak?<br />Setelah diingatkan lagi tentang pola makan yang sehat, baru aku sadar bahwa makanku tak berpola, bahwa aku makan sungguh seperti yoyo.<br /><br />Aku dikenal sebagai cewek yang makannya banyak.<br />Aku biasa makan dengan porsi besar seperti kuli yang tak bertemu nasi tiga hari tiga malam.<br />Tapi kadang bila asyik dengan satu kegiatan atau banyak pikiran, seharian aku lupa makan. Dalam arti sebenarnya, aku lupa memasukkan makanan ke perut, walaupun cuma sepotong kecil tempe atau seremah roti.<br /><br />Contohnya saat aku mengebut pekerjaan. Atau menikmati sebuah buku yang bagus. Kadang aku bahkan lupa makan bila terlalu asyik ber-internet. Dan internet yang kumaksud di sini adalah <span style="font-style: italic;">facebook</span> dan <span style="font-style: italic;">blogwalking</span> dan <span style="font-style: italic;">chatting, dan </span>hanya sedikit <span style="font-style: italic;">browsing</span>. Memalukan.<br />Aku pun otomatis tak makan bila patah hati, aku tahan cuma hidup dengan kopi saja.<br /><br />Setelah kuceritakan ini pada Dokter yang tega itu, dia hanya menyeringai sinis.<br />Tak perlu menunggu keterangannya pun, aku tahu apa jawabannya bahkan ketika ceritaku belum selesai.<br /><br />Jadi, jangan pernah sekalipun bilang aku berdiet.<br />Aku benci! Aku benci bila ada orang yang bilang aku diet.<br />Aku kurus bukan karena tak makan. Aku kurus hanya karena pencernaanku busuk.<br /><br />Aku sungguh mati ingin menggemukkan badan.<br />Sudah kucoba "semua" obat dan jamu yang kutahu supaya bisa gemuk. Obat China, herbal, susu, jamu beras kencur, totok atau apalah itu.<br />Yang ada makanku malah tambah banyak, selalu lapar, dan selalu mengantuk. Bawaanya cuma mau makan, tidur, bangun makan lagi, kenyang tidur lagi. Begitu terus sampai bosan.<br />Tak jua gemuk.<br /><br />Sudahlah.<br />Pertama karena memang pencernaanku ini busuk, lagi.<br />Dan kedua, karena memang aku sudah mentok sampai ukuran begini.<br /><br />Itulah makanya aku tak paham, kenapa ada yang rela-rela diet ketat, tak makan nasi, olahraga sampai semaput, operasi puluhan juta, hanya supaya bisa melihat angka timbangan berkurang.<br />Kau tau apa yang kulakukan??<br />Aku juga menghindari timbangan. Bila tiba saat aku menimbang badan, kulonjak-lonjakkan tubuhku seolah ingin mengagetkan si jarum timbangan agar ia mau bergerak ke kanan barang dua tiga angka.<br />Tak ada hasil.<br /><br />Untuk apa teman, kau ingin kurus? Aku saja ingin gemuk.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">*BUZZ*</span><br /><br />???!!<br /><br />Telingaku baru saja terasa disentil dengan keras.<br /><br />Apakah aku baru saja memprotes mereka yang ingin menurunkan berat badan supaya bisa mendapatkan bentuk tubuh ideal ?<br />Bukankah selama ini obsesiku ingin gemuk itu pun dalam rangka mendapatkan bentuk tubuh impian ?<br /><br />Ohh, aku telah berbuat salah.<br />Betapa sempit pandanganku.<br />Maafkan bila kata-kataku ini menyinggungmu. Rupanya memang di mana-mana sama, apa pun jenis keluhannya, rupanya kebanyakan wanita memang tak merasa cukup dengan bentuk tubuhnya, eh?<br /><br />Aku pun begitu.<br />Aku begitu.<br /><br />Tapi, oh .. izinkan aku bicara sekali lagi.<br />Berhentilah berusaha menjadi kurus.<br />Nanti kau akan seperti aku. Sungguh kurus itu tak enak.<br /><br />Saat berjalan di tengah hujan lebat, payung yang kaugunakan untuk melindungimu cuma akan menarikmu dan kau berasa benar-benar akan diterbangkan angin.<br />Kau akan kesulitan mencari baju dengan ukuran XS.<br />Tetanggamu di kampung akan berkata bahwa kau terlibat dengan narkoba.<br />Malah ada Ibu-Ibu yang meragukan aku kelak bisa melahirkan secara normal mengingat ukuran pinggulku.<br /><br />Tak enak.<br />Benar.<br />Sejak Si Dokter yang kejam itu berkata pencernaanku busuk, aku berhenti membayangkan punya tubuh yang <span style="font-style: italic;">semlohay</span> dan berisi. Aku (berusaha) meyakini bentuk tubuhku ini ideal.<br /><br />Tak apa orang bilang bahwa aku dan ukuran miniku ini tak menggoda laki-laki.<br /><br />Aku dan kau istimewa, bukan begitu ?<br />Coba saja tanya pacar atau suamimu. Bila ia berkata sebaliknya, bahwa kau tak sempurna, ingatkan saja dia tentang perut gendutnya atau pantat teposnya.<br /><br />Masih saja tak percaya kau istimewa ?<br />Tanyakan pada Ibumu, sana.<br /><br /></span></span>Muzdahttp://www.blogger.com/profile/10670847538821178806noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3848240997261939264.post-2296313431306913342009-06-09T23:51:00.007+07:002009-06-18T23:01:08.031+07:00Uwen Uwen<div style="text-align: left;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNzYWNOion6kZ0cRdqPN4rYECq3r7kfzG9mzoAB4nmBwvHwTv72Lu5fVgRWgaIHT_vwZ9D2ENAJRyCg688gYyngFkAapAtbUmIKXGYLTidIUwtXH82p975xmMyKybasc_UNZmGaeKzqts/s1600-h/Uwen.JPG"><img style="margin: 0pt 0pt 10px 10px; float: right; cursor: pointer; width: 134px; height: 200px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNzYWNOion6kZ0cRdqPN4rYECq3r7kfzG9mzoAB4nmBwvHwTv72Lu5fVgRWgaIHT_vwZ9D2ENAJRyCg688gYyngFkAapAtbUmIKXGYLTidIUwtXH82p975xmMyKybasc_UNZmGaeKzqts/s200/Uwen.JPG" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5345331957072303458" border="0" /></a><span style="font-family:verdana;">Sejak ada keponakan kecil ini, <span style="font-weight: bold;">Uwen</span>,</span><a style="font-family: verdana;" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcnxdlNsCmJAIJ8FNsN1Ac4lJrq0-24Iy5XqB4PEMzlGLgcotWrAwShhW_Rlt0yODxnxmwwxBcM1bPOlZmtv2PFLNBb5pMqlE7pJS_4f3ROSGHbmrfsGUbmkFI2Z4aWGjfAZWIk0iQHFc/s1600-h/arrow.png"><img style="margin: 0pt 0pt 10px 10px; float: right; cursor: pointer; width: 41px; height: 23px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcnxdlNsCmJAIJ8FNsN1Ac4lJrq0-24Iy5XqB4PEMzlGLgcotWrAwShhW_Rlt0yODxnxmwwxBcM1bPOlZmtv2PFLNBb5pMqlE7pJS_4f3ROSGHbmrfsGUbmkFI2Z4aWGjfAZWIk0iQHFc/s200/arrow.png" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5345331505843145218" border="0" /></a><br /><span style="font-family:verdana;">(pengucapan nama <span style="font-weight: bold;">Aurell</span>, meniru lidah kecilnya<span style="font-weight: bold;"></span>),</span><br /><span style="font-family:verdana;">aku jadi begitu tertarik memperhatikan bahasa dan perasaan bayi.</span><br /></div><span style="font-family:verdana;"><br />Semasa ia masih dalam perut, kami sekeluarga bersepakat </span><br /><span style="font-family:verdana;">untuk</span><span style="font-family:verdana;"> tak ikut-ikutan cadel bila bicara padanya demi membiasakan lidahnya</span><span style="font-family:verdana;"> </span><span style="font-family:verdana;">untuk bicara dengan jelas.<br />Oleh Mamanya, tak seorang pun boleh bicara dalam bahasa bayi, misalnya <span style="font-style: italic;">cucu</span> untuk susu.<br />Toleransi cadel satu-satunya hanyalah dalam menyebutkan namanya saja, Uwen.<br /><br />Hal yang menarik saat bicara dengan bayi adalah ketika mendengar kata-kata imut terlontar dari mulut kecilnya. Rasanya memabukkan dan merdu, ketimbang mendengar pengucapan (sok) imut dari mulut orang (perempuan) dewasa yang mencoba menyebut sakit dengan <span style="font-style: italic;">atit</span>, atau takut dengan <span style="font-style: italic;">atut</span>.<br /><span style="font-style: italic;">Yekz ...</span><br /><br />Tapi walaupun sudah dari ia lahir aku tinggal bersamanya, telingaku ini masih saja belum terlatih. Aku mencatat ada beberapa kekeliruan fatal saat berkomunikasi dengannya.<br /><br />Kekeliruan pertama dan terbesar, waktu itu Uwen baru berumur 1 tahun 7 bulan. Suatu pagi, ia masuk ke kamarku. Saat itu aku sedang berdiri membaca-baca di depan rak buku.<br /><blockquote style="color: rgb(102, 102, 0);font-family:verdana;font-size:100%;">"Tante, Tante." Panggilnya dari belakangku.<br />"Ya...?" Jawabku tanpa berpaling ke arahnya.<br />"Tuit, Tante. Minta tuit."<br />"Haa...?!" Aku menolehkan kepala, tapi tetap tak membalikkan badan.<br />"Uwen minta tuit, Tante." Katanya sambil menarik-narik saku <span style="font-style: italic;">jeans</span>-ku. Ia menarik secarik kertas kecil yang kuselipkan di sana entah kapan.<br />Aku berpaling, "Tuit?"<br />"Tuit." Ia mengangguk.<br />"Duit? Buat apa Uwen minta duit?" Aku kaget.<br />"Tuit, Tante."<br />"Buat apa?"<br />"Ajan."<br />"Yayang minta duit buat jajan?!"</blockquote><br />Aku terkesiap <span style="font-style: italic;">lebay</span>.<br />Uwen balas memandangku dengan tatapan aneh.<br /><br />Tanpa bermaksud mengadu, dengan bersemangat aku mencari Mamanya.<br /><blockquote face="verdana" size="3" style="color: rgb(102, 102, 0);">"Kran, Uwen kok udah bisa minta duit? Katanya buat jajan?!"</blockquote><br />Kakakku, Krany, tak kalah kaget. Lalu...<br /><blockquote face="verdana" size="3" style="color: rgb(102, 102, 0);">"Uweeen, @^*%^*?<"^:}{(%&)@%"</blockquote><br /><span style="font-family:verdana;">Uwen diinterogasi ulang oleh Mamanya, dan ia masih menjawab sama,<span style="color: rgb(102, 102, 0);"> "Minta tuit, buat ajan."</span></span><br /><span style="font-family:verdana;">Ia hanya mencemberutiku, dan memandang Mamanya dengan aneh ketika Kakakku ini berceramah tentang anak kecil yang belum pantas tahu duit atau jajan. Ditambah lagi raut mukanya menampakkan kebingungan yang sangat tatkala ia ditanya siapa yang mengajarinya minta duit. Ia tak mau mengaku, dan masih saja cemberut. Alhasil sebuah sentilan mendarat di telinganya. Hebatnya, ia tak menangis. </span><br /><br /><span style="font-family:verdana;">Aku kedengaran jahat, <span style="font-style: italic;">kan</span>?<br />Oh, belum.<br />Tunggu sampai kau dengar cerita lanjutannya.<br /><br />Beberapa hari kemudian di pagi yang lain, Uwen ke kamarku lagi. Ia menunjuk sesuatu di atas lemari kecilku dan berseru.<br /><blockquote style="color: rgb(102, 102, 0); font-family: verdana; font-size: 100%;">"Tuit, Tante. Uwen mau ajan."<br />"Duit?"</blockquote><br />Lagi?<br />Dalam hatiku, setelah diberi pelajaran ia tetap meminta begitu?<br />Aku penasaran, sesuatu di kepalaku memberitahu bahwa ada yang salah. Aku mengambil uang logam 500 perak dari atas lemari itu dan kutunjukkan padanya.<br /><blockquote style="color: rgb(102, 102, 0); font-family: verdana; font-size: 100%;">"Ini?"<br />"Itu, tuit." Jawabnya, sambil terus menunjuk ke atas lemari.<br />Aku makin penasaran, sambil terus mengacungkan uang logam itu aku bertanya lagi, "Kalau ini namanya apa?"<br />"Uam." (= uang)<br />Kuambil uang lembaran 5000-an, dan kutanya lagi, "Kalau yang ini?"<br />"Uam."<br />"Terus yang Uwen minta apa, Yang?"<br />"Tuit, Tante. Itu."</blockquote><br />Kugendong ia mendekati lemari, dan kutanyakan barang apa yang dimaksudnya. Ternyata, yang ditunjuknya adalah pulpen dan kertas.<br /><br /><span style="font-style: italic;">Oh My God!</span><br />Jika ada yang namanya fitnah anak kecil, maka aku telah melakukannya.<br />Ternyata.<br /><blockquote style="color: rgb(102, 102, 0); font-family: verdana; font-size: 100%;">"Minta tuit, Tante, Uwen mau ajan."<br /><span style="font-style: italic;">sama dengan,</span><br />"Minta tulis, Tante, Uwen mau belajar."</blockquote><br />Ah, sayangku. Maaf.<br />Langsung aku mengadu pada Krany, dan ia pun bereaksi sama, langsung memeluk cium dan minta maaf pada anaknya.<br />Bagaimana reaksi Uwen?<br />Biasa saja, ia bahkan terlihat bingung kenapa kami dengan heboh memeluknya dan berkata maaf.<br /><br />Mungkin dalam hatinya ia berkata, "Aneh betul orang besar ini, apa-apa dilebih-lebihkan. Aku cuma mau belajar saja, yang adalah hal baik dan menakjubkan, malah dimarah."<br /><br />Entahlah.<br />Apa yang sebenarnya ia pikirkan?<br />Apa yang ia rasakan?<br /><br />Inilah misteri yang masih juga selalu membuatku penasaran.<br />Rasanya mudah untuk mengajarkan pada bayi tentang kata benda dan kata kerja. Tapi lebih sulit untuk mengajarkan pada mereka tentang kata sifat.<br />Bukan tentang sesuatu yang bernama biru hijau kuning pink.<br />Tapi sesuatu yang bernama capek, mengantuk, lapar, haus, dan ingin pipis.<br /><br />Tentu setelah mereka semakin besar, lambat laun mereka akan mengerti.<br />Aku mencatat beberapa hal yang lucu sekaligus tidak menyenangkan menyangkut proses pembelajaran Uwen pada hal yang bersifat merasa ini.<br /><br />Waktu ia masih bayi yang belum bisa bicara, tentu seperti bayi-bayi lain, Uwen akan menunjukkannya dengan menangis.<br />Lapar menangis.<br />Haus menangis.<br />Ngantuk menangis.<br />Basah menangis.<br /><br />Sekarang ? Ia sudah bilang <span style="color: rgb(102, 102, 0);">"mamam"</span> bila ia lapar.<br />Ia bilang <span style="color: rgb(102, 102, 0);">"menum"</span> bila haus.<br />Ia pun akan merebahkan badan di kasur bila capek. Dan kadang mungkin bila sudah capek tak tertahankan setelah seharian bermain, berlari-lari, mundar mandir sekeliling rumah, meloncat-loncat di kasur, ia bahkan akan meminta, <span style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="color: rgb(102, 102, 0);">"Uwen mau pijit."</span> </span>Katanya sambil menyodorkan minyak telon.<br /><br />Sewaktu Mamanya sedang mengajari pipis sendiri, nah, itu adalah perjuangan luar biasa.<br /><br />Pertama-tama Uwen dilatih dengan tak lagi dipakaikan<span style="font-style: italic;"> diapers.<br /></span>Jadinya?<br /><span style="font-style: italic;">Crot</span> sana, <span style="font-style: italic;">crot</span> sini.<br />Tanyakan saja bagian rumah mana yang belum dipipisinya.<br />Tak bosan-bosan Si Mama bilang, "Kalau mau pipis, bilang, Uwen mau pipis."<br />Yang terjadi adalah, ia pipis dulu baru bilang.<br /><br />Bayangkan saja, selama proses belajar selama berbulan-bulan itu, banyak teriakan, tangisan, dan juga tawa.<br />Mungkin saja ia bingung, bagaimana persisnya perasaan ingin pipis itu. Bagaimana caranya menahan agar bisa bila bilang pipis lebih dulu sebelum terkucur betulan.<br /><br />Kukatakan padanya, sambil menyentuh bagian agak di bawah perutnya. "Yayang, kalo perutnya berasa nyeri, cekit-cekit di bawah sini, kaya' ditekan begini, itu namanya mau pipis."<br /><br />Ya, ia memandangku dengan tatapan aneh itu lagi, tapi kusimpulkan ia sedang mencerna, atau malah heran untuk apa Tante ini menekan-nekan bagian bawah perutnya.<br /><br /></span></span><div style="text-align: center;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXCeagDk5cgN9mcIK3QiQOTCuOg06zfLVp8VP8WXBs0UB7bQYuNdZQkDj9PAsjGSzBjhK8D8HmCPTFvmnBvF1yRd4MNkjTTYOG7Y9iryXbhNNz-tM5amUZD9sukeMIcYfmNjBXNiUT8To/s1600-h/Tatapan+Aneh.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 134px; height: 200px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXCeagDk5cgN9mcIK3QiQOTCuOg06zfLVp8VP8WXBs0UB7bQYuNdZQkDj9PAsjGSzBjhK8D8HmCPTFvmnBvF1yRd4MNkjTTYOG7Y9iryXbhNNz-tM5amUZD9sukeMIcYfmNjBXNiUT8To/s200/Tatapan+Aneh.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5345356515869939410" border="0" /></a><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:verdana;">Beginilah kira-kira yang namanya "Tatapan Aneh Uwen".<br /><span style="font-style: italic;">Wonder</span> dengan apa dimaksud orang-orang besar ini padanya.</span></span> </div><span style="font-family:verdana;"><span style="font-family:verdana;"><br /><span style="font-style: italic;">Anyway</span>, pada usia 1 tahun 2 bulan, ia sudah bisa dengan sukses bilang <span style="font-style: italic;">pee-pee</span> sebelum pipis beneran. Setelah selesai dengan urusan ingin pipis, ada masalah baru lagi, ia belum bisa membedakan <span style="font-style: italic;">pee-pee</span> dan <span style="font-style: italic;">pup</span>.<br /><br />Kuberi tahu ia, <span style="color: rgb(51, 51, 51);">"Kalau <span style="font-style: italic;">pee-pee</span> itu rasanya nyeri, Yang, perut kayak ditekan. Tapi kalau <span style="font-style: italic;"><span style="font-style: italic;">mau </span>pup</span>, perut rasanya sakit."</span><br />Dan beberapa hari kemudian, ia sudah fasih bilang, <span style="color: rgb(102, 102, 0);">"Cakit puwot."</span> (= sakit perut).<br /><br />Nah, yang masih menjadi masalah sekarang adalah perasaan mengantuk.<br />Uwen ini seperti tak rela bila ia harus tidur. Dari bayi baru lahir, ia selalu mengamuk bila mengantuk. Menangis dulu, rewel dulu baru tertidur sendiri.<br /><br />Kami berkesimpulan, ia tak tahu apa yang harus dilakukan bila mengantuk, atau apakah sebenarnya perasaan mengantuk itu.<br />Jadi kami sering sekali memberitahunya.<br /><blockquote face="verdana" style="color: rgb(102, 102, 0); font-size: 100%;">"Kalau kepala rasanya goyang, kliyengan, itu namanya mengantuk, Yang."<br />"Kalau matanya berat, itu namanya mengantuk."<br /><br />"Dan kalau mengantuk, Uwen tinggal merem. Pasti sembuh. Jangan nangis."<br />"Kalau mengantuk, bilang, Uwen mau susu, Mama. Uwen mau bobo, Mama."</blockquote><br />Ya, seperti biasa reaksinya hanyalah tatapan aneh itu. Itu kalau sedang beruntung, kalau tidak, ia terus menangis.<br />Dan kucatat, hal itu masih menjadi problem sampai malam ini.<br /><br />Perasaan bayi?<br />Kesulitan bayi untuk mengungkapkan bagaimana perasaannya?<br /><br />Bagiku, rasanya menyenangkan bicara padanya. Walaupun tak bisa berkomunikasi secara sempurna, tapi ia selalu mendengarkan. Dan tak seperti ketika bicara dengan (tak semua) orang dewasa , Uwen selalu jujur.<br /><br /><span style="color: rgb(102, 102, 0);"></span></span></span><blockquote style="color: rgb(102, 102, 0); font-family: verdana; font-size: 100%;">"Sisir Tante mana, Yang?"<br /><span style="color: rgb(102, 102, 0);">"Ndak, Tante, Uwen ndak sisin." (= Ndak, Tante, Uwen gak pake sisir)</span><br /><br /><span style="color: rgb(102, 102, 0);">"Pulpen mana ya?"</span><br /><span style="color: rgb(102, 102, 0);">"Di kaman Tante." (= Di kamar Tante)</span><br /><br /><span style="color: rgb(102, 102, 0);">"Yayang, Tante stres."</span><br /><span style="color: rgb(102, 102, 0);">"Cetes? hihiii..."</span><br /><span style="color: rgb(102, 102, 0);font-family:verdana;" ><span style="font-family:verdana;"><br />"Uwen sayang gak sama Tante?"<br />"Cayang."<br /></span></span><span style="font-family:verdana;"><span style="font-family:verdana;"><br /><span style="color: rgb(102, 102, 0);">"Yang, Tante cantik apa jelek?"</span><br /><span style="color: rgb(102, 102, 0);">"Jeyek."</span></span></span></blockquote><span style="font-family:verdana;"><span style="font-family:verdana;"><span style="color: rgb(102, 102, 0);"></span><br /></span></span><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJU8Aegy6VC2RMPZv82Ip5YgWv50lF-KBTipHz7okPFtm-0BWC3NK558-KUyqhqwtWTkKtSLwfJObthb1z-26sxMxUk5UxXVOBBWrEwfJiuJkIOLs0gjOwDIEwxUUQTV9RvAJ3kMpBWWA/s1600-h/Di+Taman+Pintar.jpg"><img style="margin: 0pt 0pt 10px 10px; float: right; cursor: pointer; width: 200px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJU8Aegy6VC2RMPZv82Ip5YgWv50lF-KBTipHz7okPFtm-0BWC3NK558-KUyqhqwtWTkKtSLwfJObthb1z-26sxMxUk5UxXVOBBWrEwfJiuJkIOLs0gjOwDIEwxUUQTV9RvAJ3kMpBWWA/s200/Di+Taman+Pintar.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5345360671063364850" border="0" /></a><br /><div style="text-align: right;"><span style="font-family: verdana;font-size:85%;" ><br />Di taman pintar, supaya pintar</span><br /><span style="font-family: verdana;font-size:85%;" >:)</span><br /><br /><span style="font-family:verdana;"><span style="font-family:verdana;"><span style="font-family: verdana;font-size:85%;" >Dan ini bukan kado ulang tahun Uwen yang kedua.</span></span></span><br /><span style="font-family:verdana;"><span style="font-family:verdana;"><span style="font-family: verdana;font-size:85%;" >Itu masih 1 bulan 6 hari lagi.</span></span></span><br /></div>Muzdahttp://www.blogger.com/profile/10670847538821178806noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3848240997261939264.post-5805042618018804852009-06-07T23:19:00.023+07:002009-06-08T00:28:42.894+07:00I'm Upset<span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" >Kemarin ini, seorang teman di kantor tiba-tiba menjadi sangat rajin. Seolah pekerjaannya tak cukup banyak, ia pun mengambil alih tugas <span style="font-style: italic;">office boy</span>. Mencuci piring, menyediakan minum, dan mengepel lantai.<br />Apa pasal ?<br /><blockquote face="verdana" style="color: rgb(102, 102, 0); font-size: 100%;">"Aku stres, Mbak. Kalau stres aku bersih-bersih."</blockquote><br /><span style="font-family:verdana;">Aku jadi ingat Monica di <span style="font-style: italic;">Friends,</span> </span><blockquote face="verdana" style="color: rgb(102, 102, 0); font-size: 100%; font-style: italic;">"When I'm upset, I clean."</blockquote><br /><span style="font-style: italic;font-family:verdana;" >Kok bisa? </span><br /><span style="font-family:verdana;">Memang <span style="font-style: italic;"> I'm not a domestic goddess</span>, tapi bagaimana pun, di telingaku bersih-bersih saat sedang stres atau BT ini terdengar lucu. Bagiku justru kebalikannya, kegiatan bersih-bersih itulah yang membuatku <span style="font-style: italic;">upset</span>.<br /><br /></span><span style="font-family:verdana;">Beberapa orang, termasuk Mamaku, melampiaskan stres pada makanan. Aku sering sekali bertemu teman yang punya kecenderungan begini. Bila banyak pikiran, maka ia tak berhenti makan. Mulut rasa ingin mengunyah terus, padahal perut sudah seperti mau meletus. </span><br /><span style="font-family:verdana;">Aih, beruntungnya mereka.<br /></span><span style="font-family:verdana;">Kau tahu apa pengaruh stres pada selera makanku ? </span><br /><span style="font-family:verdana;">Hilang sama sekali. Aku tahan hidup cuma dengan kopi saja, yang tentu makin menambah kacau sistem pencernaanku.<br /><br /></span><span style="font-family:verdana;">Jadi apa yang kulakukan ketika aku stres? </span><br /><br /><span style="font-family:verdana;">Seminggu ini, aku banyak menerima pertanyaan. </span><blockquote style="color: rgb(102, 102, 0);font-family:verdana;font-size:100%;"><span style="font-style: italic;">"Are you okay?"</span><br />"Baik aja kah kabar?"<br />"Kamu kenapa?"</blockquote><br /><span style="font-style: italic;font-family:verdana;" >Hey, I'm okay. What makes you think I'm not? </span><br /><span style="font-family:verdana;">Itu yang kujawab. Aku baik-baik saja. </span><br /><span style="font-family:verdana;">Benarkah demikian?<br /><br /></span><span style="font-family:verdana;">Aku ingin sekali mempercayai bahwa aku baik-baik saja. Tak ada yang sedang bergejolak di hidup dan emosiku sekarang. </span><br /><span style="font-family:verdana;">Aku tak sedang marah atau sedih atau apa. </span><br /><span style="font-family:verdana;">Tapi aku tahu, aku kenal sekali dengan kecenderungan ini.<br /><br /></span><span style="font-family:verdana;">Setiap kali, ketika ada yang sedang mengganggu di kepalaku, maka pikiranku jadi melantur dan kata-kataku meloncat ke mana-mana. Itu terjadi bila tingkat emosiku sedang berada di bawah atau di atas batas normal. Aku menyebutnya<span style="font-style: italic;"> low or high tension situasion. </span></span><br /><span style="font-family:verdana;">Ciri-cirinya, mulutku tak berhenti bicara dan bertingkah aneh lain dari biasanya. </span><br /><span style="font-family:verdana;">Begitu caranya aku tahu aku tak sedang baik-baik saja.<br /><br /></span><span style="font-family:verdana;">Saat ini, mulutku benar-benar tak terkontrol. Kata-kata yang kutulis pun tak beraturan. </span><br /><span style="font-family:verdana;">Aku mengomentari TV dan surat kabar. Mengkhayalkan konspirasi pelarian Manohara sampai tujuan Obama berpidato di Mesir. Aku mengomeli Titi Kamal di Muslimah dan memuja Ridho Rhoma. </span><br /><span style="font-family:verdana;">Mengerti maksudku ?<br /><br /></span><span style="font-family:verdana;">Suatu hari, aku mendengar lagu <span style="font-weight: bold;">Menunggu</span> ini jadi <span style="font-style: italic;">backsound</span> sebuah acara TV. Tanpa basa-basi aku men<span style="font-style: italic;">download</span> lagunya, dan membuat mabuk seisi rumah. Isi<span style="font-style: italic;"> playlist winamp</span>-ku cuma satu lagu itu, dan aku menyanyikan (meneriakkan) lagu itu sampai tenggorokanku meradang. </span><blockquote face="verdana" style="color: rgb(102, 102, 0); font-size: 100%;">"Kenapa selera musikmu terjun bebas dari Linkin' Park ke Ridho Rhoma?"<br />atau,<br />"Mendengarkan musik metalmu yang biasa itu memang bikin mumet, tapi yang ini bikin aku mau muntah-muntah."</blockquote><br /><span style="font-family:verdana;">Mereka bilang begitu. </span><br /><span style="font-family:verdana;">Haa ?! <span style="font-style: italic;">Segitunya ... </span></span><br /><span style="font-family:verdana;">Kemarin ketika aku dan seorang sahabatku sedang di toko sepatu, aku tertarik mencoba sepatu berwarna bukan biru biasa. Dengan percaya diri, kutunjukkan pada sahabatku ini, dan katanya, </span><blockquote face="verdana" style="color: rgb(102, 102, 0); font-size: 100%;">"Bagus. Cocok sama selera musikmu yang sekarang."<br />"Menyet!"</blockquote><br /><span style="font-family:verdana;"><span style="font-style: italic;">Hey</span>, Ridho Rhoma itu memang anak Rhoma Irama, tapi musiknya bagus. Memang kenapa kalau aku jadi menyukai dangdut? Dangdut itu musik kita. Lagi pula fakta itu hanya menegaskan bahwa selera musikku universal.<br /><br /></span><span style="font-family:verdana;">Aku jadi agak tersinggung juga, ketika tadi malam di angkringan Tugu, aku ditertawakan oleh penyanyi jalanan hanya karena aku me-<span style="font-style: italic;">request</span> lagu itu, Menunggu. Mereka malah dengan bangga menyanyikan lagu Hijau Daun untukku. </span><br /><span style="font-family:verdana;"><span style="font-style: italic;">Heks!</span><br /><br /></span><span style="font-family:verdana;">Lebih baik mabuk dangdut <span style="font-style: italic;">kan</span>, dari pada aku membuat BT orang lain hanya karena aku BT ? </span><br /><span style="font-family:verdana;">Aku punya istilah juga untuk kondisi itu. </span><blockquote face="verdana" style="color: rgb(102, 102, 0); font-size: 100%;">"BT-nya dia bikin BT orang."<br />atau,<br />"BT kok ngajak-ngajak."</blockquote><br /><span style="font-family:verdana;">Kau tau <span style="font-style: italic;">kan</span>, apa yang kumaksud. </span><br /><span style="font-family:verdana;">Iya. kau pasti pernah bertemu dengan mereka.<br /><br /></span><span style="font-family:verdana;">Orang yang bila BT atau stres lalu bawaannya marah-marah. Semprot sana semprot sini. Semua salah, serba salah. Ibarat landak saja, bergerak kiri kanan malah cuma menancapkan duri ke mana-mana, menyerang semua yang ada di sekitarnya. Sampai semua terkena getah <span style="font-style: italic;">bad mood</span>-nya.<br /><br /></span><span style="font-family:verdana;">Untunglah aku tak begitu. Atau kupikir, aku tak begitu. </span><br /><span style="font-family:verdana;">Setelah tepat seminggu kubuat orang rumahku mabuk dangdut, aku bertanya pada Kakakku tentang penyakit dangdutku ini, persis seperti kata Monica di <span style="font-style: italic;">Friends season 7 episode 2, The One With Rachel's Book</span>. </span><blockquote face="verdana" style="font-style: italic; color: rgb(102, 102, 0); font-size: 100%;">"When will it start getting annoying?"<br />"Start ?"</blockquote> <p style="font-family:verdana;"><span style="font-style: italic;">Hey</span>, dia tak pernah mengikuti Friends, dari mana dia tahu dialognya persis begitu?<br />Ufh, hu huu ...<br />Aku tahu diri. Jadi, aku harus mengerem mulutku sendiri sekarang, berhenti menyanyikan lagu itu, menghapusnya dari <span style="font-style: italic;">play list</span>, dan memindahkannya ke sini.<br />Keren <span style="font-style: italic;">lho</span>, modelnya VJ Marissa. Tapi saranku, dengarkan saja lagunya, jangan perhatikan rupa penyanyinya.</p><p style="font-family: verdana;"><br /></p> <div class="wlWriterEditableSmartContent" id="scid:5737277B-5D6D-4f48-ABFC-DD9C333F4C5D:68d3b33c-891a-4e33-8f5e-5b5413d6ec67" style="padding: 0px; display: block; float: none; margin-left: auto; width: 290px; margin-right: auto; font-family: verdana;" contenteditable="false"><embed src="http://www.youtube.com/v/YPIAV0CSI18" type="application/x-shockwave-flash" wmode="transparent" width="289" height="242"></embed></div> <p style="font-family: verdana;"><br /></p></span><p><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" ><span style="font-weight: bold;">PS :</span><br />Kalian nikmati sajalah lagu itu, dan ini yang sedang kunikmati sekarang di <span style="font-style: italic;">play list</span>-ku : </span></p> <p> </p> <div class="wlWriterEditableSmartContent" id="scid:5737277B-5D6D-4f48-ABFC-DD9C333F4C5D:ab071d3c-4559-4bb9-aa8e-61c844affa15" style="padding: 0px; display: block; float: none; margin-left: auto; width: 104px; margin-right: auto;" contenteditable="false"><embed src="http://dc109.4shared.com/flash/flvplayer.swf" type="application/x-shockwave-flash" flashvars="file=http://dc109.4shared.com/img/54744215/e047b88d/dlink__2Fdownload_2F54744215_2Fe047b88d_3Ftsid_3D20090607-120622-972ec5c3/preview.mp3&link=http://www.4shared.com/file/54744215/e047b88d/05_Cinta_Tak_Terpisahkan_-_Dini_Aditama__Jiwo_Prakosa.html&plugins=revolt-1&logo=http://dc109.4shared.com/images/logo.png&image=http://dc109.4shared.com/images/icons/misc/mp3_200x180.jpg" allowscriptaccess="always" width="104" height="62"></embed></div> <span style="font-family:verdana;"><span style="color: rgb(102, 102, 0);"><br />Duh Denok gandulaning ati, tegane nyulayani<br />Janjimu sehidup semati, among ono ing lathi </span><br /><span style="color: rgb(102, 102, 0);">Rasa sayangmu sudah pergi, tak menghiraukan aku lagi </span><br /><span style="color: rgb(102, 102, 0);">Duh Denok gandulaning ati, tegane nyulayani </span><br /><p></p><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" ><span style="color: rgb(102, 102, 0);font-family:verdana;" >Duh Kangmas jane aku tresno, lilakno aku lungo<br />Ati rakuat nandang roso, roso keronto-ronto<br />Cintamu sudah gak beneran, aku cuma buat mainan<br />Duh Kangmas jane aku tresno, lilakno aku lungo<p face="verdana" style="color: rgb(102, 102, 0);">Tresno iki dudu mung dolanan, kabeh mau amargo kahanan<br />Seng tak jaluk amung kesabaran, mugi Allah paring kasembadan</p><p face="verdana" style="color: rgb(102, 102, 0);">Mung ngadem atiku, ben aku ra mlayu<br />Dan tanggung jawabmu, iku palsu</p><p face="verdana" style="color: rgb(102, 102, 0);">Denok aku cinta beneran, pasti kan kubuktikan<br />Bapak Ibuku akan datang, melamar dikau sayang<br /></p><p face="verdana" style="color: rgb(102, 102, 0);">Hatiku slalu mendoakan, semoga Tuhan mengabulkan<br />Cinta kita tak terpisahkan, sampai di akhir zaman<br /></p></span></span><br />Hahaa ..<br />Ini yang namanya campur sari, kawan.<br />Jangan bilang kau ingin muntah, itu menghina.<br /><br /><br /></span>Muzdahttp://www.blogger.com/profile/10670847538821178806noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3848240997261939264.post-72947361269319033572009-06-03T23:50:00.010+07:002009-06-04T01:04:01.113+07:00Mengenang dengan Tertawa<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://www.freesmileys.org/emoticons/emoticon-cartoon-022.gif"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 152px; height: 143px;" src="http://www.freesmileys.org/emoticons/emoticon-cartoon-022.gif" alt="" border="0" /></a><br /><span style="color: rgb(51, 51, 51);font-size:100%;" ><span style="font-family:verdana;">Untuk setiap momen kesedihan dan kegetiran yang kualami bersama satu atau beberapa orang yang ada di hidupku, aku acap berkata, "Kelak kita akan mengenang ini dengan tertawa."<br /><br />Oh, aku ingin sekali dibilang berpikiran positif.<br />Tapi yang kumaksudkan saat aku mengatakannya adalah, aku benar-benar ingin melewati bagian buruk dari momen itu, melupakannya untuk sementara. Kemudian saat teringat lagi, aku akan mengenang kejadian itu dengan tertawa dan berkata, "Kok bisa ya kita dulu begitu ?", atau, "Konyol banget ya kita dulu ?"<br /><br />Pernah pada semester pertama kuliah, hidup jauh dari orang tua, ngekos, dan untuk pertama kalinya diberi keleluasaan untuk mengelola uang bulanan</span></span><span style="color: rgb(51, 51, 51);font-size:100%;" ><span style="font-family:verdana;"> sendiri</span></span><span style="color: rgb(51, 51, 51);font-size:100%;" ><span style="font-family:verdana;">, aku dihinggapi penyakit kalap dan lapar mata. <span style="font-style: italic;">Shock</span> ini rupanya juga dialami oleh beberapa temanku, dan salah satu di antaranya adalah sahabatku semenjak SMA. Pada satu akhir bulan yang mencekik, kami menyadari bahwa kami tak punya uang untuk makan malam. Maka dengan segala ketololan, kami mencari-cari kemungkinan uang terselip di saku <span style="font-style: italic;">jeans</span>, di kantung-kantung tas, di selipan buku, dan di sela lipatan baju.<br />Lumayanlah dapat beberapa perak.<br />Temanku itu sudah hampir menangis, lalu kuhibur ia dengan berkata, "Tenanglah, kelak kita akan mengenang ini dengan tertawa."<br /><br />Dan sekarang, kami memang tertawa mengenangnya.<br /><br />Ketika berada pada momen di mana aku harus mengakhiri suatu hubungan yang tampaknya akan berlangsung selamanya, aku juga berkata, "Kelak kita akan mengenang ini dengan tertawa."<br /><br />Sekarang, kami mengenangnya dengan tertawa, sekaligus meringis bercampur jadi satu.<br /><br />Mengenang dengan tertawa.<br />Aku ingat pernah mendengar atau membaca <span style="font-style: italic;">quote</span> ini entah di mana.<br />Dan sejak itu, kuucapkan kata-kata ini sebagai mantra untuk menawar setiap golakan emosi yang kualami, hanya supaya pahit dan getir itu tak terasa</span></span><span style="color: rgb(51, 51, 51);font-size:100%;" ><span style="font-family:verdana;"> terlalu</span></span><span style="color: rgb(51, 51, 51);font-size:100%;" ><span style="font-family:verdana;"> sakit.<br /><br /></span></span><span style="color: rgb(51, 51, 51);font-size:100%;" ><span style="font-family:verdana;">Kuucapkan juga ini padanya, sebelum dia mengemas hidupnya dan mencoba mencari pengampunan dari kesalahan yang membekas permanen.<br />Kini bertahun sudah lewat, ternyata kami belum bisa tertawa. Kupikir untuk selamanya kami hanya bisa meringis mengenangnya.<br /><br />Ternyata jampi-jampi andalanku ini tak cukup ampuh melawan penyakit yang satu itu.<br /><br /></span></span>Muzdahttp://www.blogger.com/profile/10670847538821178806noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3848240997261939264.post-79301216653050880552009-05-30T21:06:00.004+07:002009-05-30T21:25:20.469+07:00That's What Friends Are For<span style="font-size:100%;"><span style="font-family:verdana;">Menggenapi Mei ini sebagai Bulan Mellow<span style="font-style: italic;"> </span>untukku ...<br />Mainkan videonya, <span style="font-style: italic;"> click the play button</span>, dengarkan lagunya, simak liriknya, resapi melodinya.<br />Rasakan emosinya.<br />Aku sedang bicara padamu, kau yang terlalu takut membuka pintu ...<br /><br /><br /></span> <div class="wlWriterEditableSmartContent" id="scid:5737277B-5D6D-4f48-ABFC-DD9C333F4C5D:4200ad3e-0ceb-46bd-97b7-631c1fff8539" style="padding: 0px; display: block; float: none; margin-left: auto; width: 296px; margin-right: auto;" contenteditable="false"><embed src="http://www.youtube.com/v/5PhP3jmjdgk" type="application/x-shockwave-flash" wmode="transparent" width="296" height="248"></embed></div> </span><div style="text-align: center;"><span style="font-size:100%;"><span style="font-family:verdana;"><span style="color: rgb(102, 102, 0);"><br />And I never thought I'd feel this way</span></span><br /></span><span style="font-size:100%;"><span style="font-family:verdana;"><span style="color: rgb(102, 102, 0);">And as far as I'm concerned I'm glad I got the chance to say</span></span><br /></span><span style="font-size:100%;"><span style="font-family:verdana;"><span style="color: rgb(102, 102, 0);">That I do believe I love you</span></span><br /><br /></span><span style="font-size:100%;"><span style="font-family:verdana;"><span style="color: rgb(102, 102, 0);">And if I should ever go away</span></span><br /></span><span style="font-size:100%;"><span style="font-family:verdana;"><span style="color: rgb(102, 102, 0);">Well then close your eyes and try to feel the way we do today</span></span><br /></span><span style="font-size:100%;"><span style="font-family:verdana;"><span style="color: rgb(102, 102, 0);">And then if you can remember</span></span><br /><br /></span><span style="font-size:100%;"><span style="font-family:verdana;"><span style="color: rgb(102, 102, 0);">Keep smilin' keep shinin'</span></span><br /></span><span style="font-size:100%;"><span style="font-family:verdana;"><span style="color: rgb(102, 102, 0);">Knowing you can always count on me for sure</span></span><br /></span><span style="font-size:100%;"><span style="font-family:verdana;"><span style="color: rgb(102, 102, 0);">That's what friends are for</span></span><br /><br /></span><span style="font-size:100%;"><span style="font-family:verdana;"><span style="color: rgb(102, 102, 0);">For good times and bad times</span></span><br /></span><span style="font-size:100%;"><span style="font-family:verdana;"><span style="color: rgb(102, 102, 0);">I'll be on your side forever more</span></span><br /></span><span style="font-size:100%;"><span style="font-family:verdana;"><span style="color: rgb(102, 102, 0);">That's what friends are for</span></span><br /><br /></span><span style="font-size:100%;"><span style="font-family:verdana;"><span style="color: rgb(102, 102, 0);">Well you came and opened me<br />And now there's so much more I see</span></span><br /></span><span style="font-size:100%;"><span style="font-family:verdana;"><span style="color: rgb(102, 102, 0);">And so by the way I thank you</span></span><br /><br /></span><span style="font-size:100%;"><span style="font-family:verdana;"><span style="color: rgb(102, 102, 0);">And then for the times when we're apart<br />Well then close your eyes and know</span></span></span><span style="font-size:100%;"><span style="font-family:verdana;"><span style="color: rgb(102, 102, 0);"><br /><span style="font-style: italic;">These words are coming from my heart</span></span></span><br /></span><span style="font-size:100%;"><span style="font-family:verdana;"><span style="color: rgb(102, 102, 0);">And then if you can remember</span></span><br /><br /></span><span style="font-size:100%;"><span style="font-family:verdana;"><span style="color: rgb(102, 102, 0);">Keep smilin' keep shinin'</span></span><br /></span><span style="font-size:100%;"><span style="font-family:verdana;"><span style="color: rgb(102, 102, 0);">Knowing you can always count on me for sure</span></span><br /></span><span style="font-size:100%;"><span style="font-family:verdana;"><span style="color: rgb(102, 102, 0);">That's what friends are</span></span></span><span style="font-size:100%;"><span style="font-family:verdana;"><span style="color: rgb(102, 102, 0);"> for<br /><br />For good times and bad times</span></span><br /></span><span style="font-size:100%;"><span style="font-family:verdana;"><span style="color: rgb(102, 102, 0);">I'll be on your side forever more</span></span><br /></span><span style="font-size:100%;"><span style="font-family:verdana;"><span style="color: rgb(102, 102, 0);">That's what friends are for </span></span><br /></span></div><span style="font-size:100%;"><span style="font-family:verdana;"><br /><br />Pesanku hanya satu, sayangku ...<br />Tersenyumlah.<br /><br /><span style="font-style: italic;">Au Revoir ...</span><br /><span style="font-style: italic;">Because I don't wanna say good bye.<br /><br /></span></span></span>Muzdahttp://www.blogger.com/profile/10670847538821178806noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3848240997261939264.post-25361772705223511762009-05-27T22:01:00.011+07:002009-05-28T00:44:10.891+07:00Reborn<span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" >Ibuku </span><span style=";font-family:verdana;font-size:100%;" >tadi menelpon</span><span style="font-size:100%;"><span style="font-family:verdana;">, mengucapkan selamat hari lahir yang ke-3. Beliau merayakan hari ini sebagai hari kelahiranku kembali setelah hilang pada gempa bumi 27 Mei 2006.<br /><br /><span style="font-style: italic;">Ouwh</span>, sebelum kau kaget dan berpikir bahwa aku benar-benar salah satu dari korban hilang, kurasa aku harus menjelaskan dulu bahwa hari itu aku baik-baik saja. Jam 6 pagi itu aku terloncat dari tempat tidur lalu lari keluar rumah, sama seperti orang-orang lain, aku pun mengira Merapi <span style="font-style: italic;">njeblug</span>.<br /><br />Aku tak pernah hilang. Aku jauh dari sumber gempa.<br />Aku hanya hilang dari radar Ibuku, tak bisa ditelepon, tak ada kabar.<br />Mama menonton berita di televisi sepanjang hari, mendengar gosip tetangga yang mengatakan bahwa ada korban berbaju merah yang mirip aku sedang dievakuasi.<br />Panik, sedih, menangis, meratap dan tak henti berdoa untuk keselamatanku.<br />Sungguh pilu, merasa begitu kehilangan, padahal permasalahan sebenarnya adalah, hari itu tak ada sinyal telepon di Jogja. Mati.<br /><br />Tengah malam, hampir dini hari, baru aku berhasil menelepon.<br />Dan sejak itu, Mama menyatakan 27 Mei sebagai hari kelahiranku kembali.<br />Suka-suka Mama lah, toh Beliau memang melahirkan aku ..<br /><br /><span style="font-style: italic;">Reborn.</span><br />Keren <span style="font-style: italic;">kan </span>? Berapa banyak orang yang punya dua.. tiga tanggal lahir ?<br /><br />Aku pun pernah "terlahir kembali" ketika aku masih bayi. Aku sakit parah dan dinyatakan "sudah pergi" oleh tetua desa tempat dulu Ayahku bertugas. Tubuhku katanya sudah pucat membiru, dingin dan mengeras.<br />Kakekku yang seorang Mantri, menggeleng tak puas. Apalagi Ayah-Ibuku. Kemudian keluarga mencoba mencari <span style="font-style: italic;">second opinion</span> dan aku pun dibawa ke kota. Di tengah laut yang kami seberangi dengan <span style="font-style: italic;">speed boat</span> di malam yang berangin, tubuhku kembali dialiri darah dan langsung membuka mata.<br /><br /></span></span><span style="font-size:100%;"><span style="font-family:verdana;">Oke, ini sepertinya kedengaran hiperbolis dan horor sekali. Tapi begitulah ceritanya.</span><br /><span style="font-family:verdana;"><span style="font-style: italic;">That's why </span>aku begitu mencintai bau laut, mungkin.. kalau mau dicari hubungannya.<br /><br />Sebenarnya, tak ada di agamaku tentang konsep lahir kembali.<br />Tanggal dan hari tersebut ditandai Ibuku semata untuk mengingatkanku bahwa waktu kita di dunia ini tak panjang.<br /><br /><span style="font-style: italic;">Have you lived your life to the fullest ?</span><br />Dan yang paling penting, apakah kau hargai hidupmu dengan bersyukur dan beribadah pada Tuhan ?<br /><br />Aih..<br />Tiga kali aku dinyatakan lahir kembali, tiga kali pula dalam setahun aku menjalani ritual perenungan wajib itu.<br /><br />Dan apa yang kurenungi hari ini ?<br />Aku merasa berdosa. Bukan hanya karena aku merasa nilai ibadahku yang sangat kurang sekali, tapi juga karena aku tak memperingati hari ini dengan kesyahduan yang sama seperti kesan Ibuku.<br />Bagiku hari ini hanyalah hari biasa seperti hari lain, persis seperti anak berumur 3 tahun yang tak paham artinya ulang tahun.<br /><br />Rupanya pepatah yang sering didendang Mama, <span style="font-weight: bold;">"Kasih Ibu sepanjang zaman, kasih anak sepanjang galah"</span> yang bagiku penuh kontradiksi dan sempat kutentang itu, benar adanya.<br />Aku hanya berharap, semoga galahku panjang sekali sampai tak kelihatan ujungnya.<br /><br />Dan untukmu Mamaku, tolong jangan bilang bahwa Mama mulai merasa kehilangan kontak batin kita.<br />Aku memang jauh dari rumah, tapi yakinlah aku akan selalu pulang ke pangkuanmu.<br />Aku ini hidup dari darah dan bernafas lewat paru-parumu, dan itu selamanya tak kan pernah berubah seperti yang selalu Mama katakan. Aku selalu menjadi anak perempuan kecil-mu, tak peduli tetangga bilang aku ini tertukar di Rumah Sakit karena perbedaan fisik kita yang begitu jauh.<br />Ah, ketahuilah.. Aku masih berharap mewarisi hidungmu.<br /><br /></span></span>Muzdahttp://www.blogger.com/profile/10670847538821178806noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3848240997261939264.post-30135728427479655842009-05-25T00:49:00.009+07:002009-05-25T01:16:35.365+07:00Rindu<div class="wlWriterEditableSmartContent" id="scid:5737277B-5D6D-4f48-ABFC-DD9C333F4C5D:cfeb2c5e-05c3-4895-85e1-ea38c661999d" style="padding: 0px; display: block; float: none; margin-left: auto; width: 336px; margin-right: auto;" contenteditable="false"><br /><embed src="http://www.youtube.com/v/XMCUg1J8nuI" type="application/x-shockwave-flash" wmode="transparent" width="336" height="280"></embed></div> <p><br /></p><p style="color: rgb(51, 51, 51);font-family:verdana;"><span style="font-size:100%;">Rindu sekali<br />Aku ingin bertemu<br />Ingin mendengarnya menyebut namaku</span></p> <p style="color: rgb(51, 51, 51);font-family:verdana;"><span style="font-size:100%;">Ingin bertemu ...<br />Lebih dari avatar dan kelakar maya<br />Lebih dari petikan gitar lagu kita<br />Lebih dari inginku mencium bau bantalku sendiri</span></p><p style="color: rgb(51, 51, 51);font-family:verdana;"><span style="font-size:100%;">Rindu sekali<br /></span></p> <p style="color: rgb(51, 51, 51);font-family:verdana;"><span style="font-size:100%;">Tolonglah..<br />Dadaku rasanya sesak melihat gambarmu<br />Perutku seperti diaduk-aduk<br />Mulas padahal aku tak salah makan<br />Ulu hatiku terasa nyeri meski tak sedang disayat sembilu<br /></span></p> <p style="color: rgb(51, 51, 51);font-family:verdana;"><span style="font-size:100%;">Oough ..<br />Menyesal dulu aku tertidur di fisika<br />Sungguh baru sekarang kupaham, bahwa jarak bukanlah besaran yang hanya dihitung dengan mengalikan waktu tempuh dan kecepatan ...</span></p><p style="color: rgb(51, 51, 51);font-family:verdana;"><span style="font-size:100%;"><br /></span></p>Muzdahttp://www.blogger.com/profile/10670847538821178806noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3848240997261939264.post-28958579010724615232009-05-20T20:28:00.004+07:002009-05-20T21:29:36.607+07:00Singunen<span style="color: rgb(51, 51, 51);font-size:100%;" ><span style="font-family:verdana;">Oh bukan ..<br />Aku tidak sedang ikut-ikutan <a href="http://theordinarytrainer.wordpress.com/">Om Trainer</a> atau <a href="http://surauinyiak.wordpress.com/">Uda Vizon</a> yang beberapa waktu lalu suka membahas tentang istilah-istilah bahasa daerah.<br /><br /><span style="font-style: italic;">Singunen</span> itu, adalah ...<br /><br /><span><span style="font-style: italic;">Well, let's talk about phobia</span>.<br />Takut terbang, saat berada di pesawat, seolah-olah jantungmu berdebar dan berdenyut.<br />Itu <span style="font-style: italic;">singunen</span>.<br /><br />Berdiri di atas kawah Tangkuban Perahu, dan kau lihat ke bawah.<br />Jantungmu berdebar dan berdenyut lagi, itu <span style="font-style: italic;">singunen</span>.<br /><br />Menyeberangi jembatan di atas sebuah sungai yang mengalir deras.<br />Jantungmu berdebar dan berdenyut, itu juga <span style="font-style: italic;">singunen</span>.<br /><br />Perasaan seperti itulah yang disebut <span style="font-style: italic;">singunen</span>. Mungkin juga takut jatuh.<br /><br />Aku tak takut ketinggian, tak takut terbang, tak takut <span style="font-style: italic;">flying fox</span> atau <span style="font-style: italic;">roller coaster</span>.<br />Tapi bila turun menggunakan eskalator, aku <span style="font-style: italic;">singunen</span>.<br /><br />Nah, <span style="font-style: italic;">out of topic</span> ...<br />Seorang temanku bercerita, bahwa Bapaknya, pejabat di kantor pemerintah daerah, beberapa waktu lalu menolak memimpin suatu proyek milyaran rupiah.<br />Alasannya, dia takut bila suatu saat yang entah kenapa tertimpa suatu kesialan yang disengaja maupun tidak, dia bisa diselidiki oleh KPK.<br /><br />Tanpa banyak pikir kujawab, "Bapakmu <span style="font-style: italic;">singunen</span> tuh ..."<br /><br />Dia tak paham ...<br />Ya, kupikir memang <span style="font-style: italic;">singunen</span>,, Bapaknya itu takut jatuh, <span style="font-style: italic;">kan</span> ..?<br /><br /><br /><span style="color: rgb(102, 51, 0);">* Memperingati 101 tahun Kebangkitan Nasional, hari ini ditandai dengan jatuhnya Hercules.<br />Hercules, anaknya Dewa Zeus itu saja bisa jatuh, jadi wajar saja pejabat yang cuma manusia biasa itu </span><span style="font-style: italic; color: rgb(102, 51, 0);">singunen,</span><span style="color: rgb(102, 51, 0);"> takut jatuh dari posisi empuknya sekarang</span><span style="color: rgb(102, 51, 0);">.<br />Yah, lumayan lah .. Menghindar dari pada nanti tergoda. <span style="font-style: italic;">That's saying something.</span><br /><br /></span></span></span></span>Muzdahttp://www.blogger.com/profile/10670847538821178806noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3848240997261939264.post-21597901805164679612009-05-18T15:17:00.005+07:002009-05-18T17:14:15.314+07:00Lihatlah Aku<span style="color: rgb(51, 51, 51);font-size:100%;" ><span style="font-family:verdana;">Jangan bilang aku plin-plan bila aku bingung memilih <span style="font-style: italic;">peep toe shoes</span> atau <span style="font-style: italic;">mary jane.</span><br />Jangan bilang aku dangkal karena tak mau keluar rumah tanpa <span style="font-style: italic;">eye liner.</span><br />Jangan bilang aku dramatis hanya karena aku meminta penjelasan.<br />Jangan bilang aku cengeng bila aku menitikkan air mata.<br /><br />. . .<br /><br />. . .<br /><br />. . .<br /><br />. . .<br /><br />Dan jangan bilang aku bodoh, hanya karena aku rindu. Karena dengan rela kusebut diri ini, perempuanmu.<br /><br />Ya. Lihatlah sisi wanitaku yang pernah kauragukan ...<br /><br /></span></span>Muzdahttp://www.blogger.com/profile/10670847538821178806noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3848240997261939264.post-22495107420111018092009-05-12T00:32:00.005+07:002009-05-12T00:52:01.892+07:00Untuknya Kenangan Ini Kutuliskan<span style="font-size:100%;"><span style="font-family:verdana;">Kakekku<br />Beliau adalah pendongeng yang menceritakan padaku tentang Kancil dan Buaya, Harimau dan Burung Pelatuk, serta semua makhluk dalam fabel. Menceritakan padaku tentang riwayat kerajaan zaman dulu, tentang Putri yang pemberani dan Pangeran yang berwibawa.</span><br /><br /><span style="font-family:verdana;">Kakekku </span><br /><span style="font-family:verdana;">Beliau adalah guru mengajiku. Kesalahan tajwid sedikit saja, maka akan dipukulnya tanganku dengan alat penunjuk yang terbuat dari bilah bambu. Namun ilmu membaca Al Qur’an yang Beliau ajarkan tak semuanya mampu kuserap. Celakanya aku melewatkan satu ikhfa saat tes membaca Al Qur’an di salah satu persyaratan kelulusan, hingga hanya nilai seadanya yang kudapatkan.</span><br /><br /><span style="font-family:verdana;">Kakekku</span><br /><span style="font-family:verdana;">Beliau yang mengajariku mengetik dengan menggunakan mesin ketik tuanya, hingga aku bisa mengetik dengan 10 jari pada kelas 4 SD. Dan sekarang setiap kali jari-jariku menyentuh <span style="font-style: italic;">keyboard</span>, aku selalu bertanya-tanya, kenapa Beliau mengajariku mengetik ?</span><br /><br /><span style="font-family:verdana;">Kakekku</span><br /><span style="font-family:verdana;">Beliau jago main kartu, tak ada yang kan bisa mengalahkannya di setiap permainan kartu pada saat kenduri. Cucu-cucunya memohon, meminta, merayu, menyogok dengan menawarkan memijat kakinya, menjadi sopirnya ke mana saja, bahkan ada yang nekat berjanji ia akan menghafal surat Al-Baqarah lengkap. Tapi Beliau hanya menertawakan kami dan tak sudi menurunkan ilmu itu.</span><br /><br /><span style="font-family:verdana;">Kakekku</span><br /><span style="font-family:verdana;">Beliau yang mampu memutus seleraku akan cumi yang dimasak hitam berdawat. Suatu siang, aku yang ketika itu masihlah seorang gadis kecil yang kelaparan sepulang sekolah, lahap menghabiskan lauk siang itu tanpa ber-Bismillah.. Masakan itu tak pernah kusantap lagi hingga kini hanya karena Beliau berkata, “hati-hati Cu, nanti kau akan termakan alat kelaminnya.”</span><br /><br /><span style="font-family:verdana;">Kakekku</span><br /><span style="font-family:verdana;">Yang selalu wangi di hari Jum’at dan Hari Raya. Hari Raya yang menggiring kami berlomba ke kamar Beliau.. Kebingungan dan gembira menjadi satu, apakah minta dipercikkan parfum Arab-nya lebih dulu, sungkem, ataukah mengamankan jatah uang lebaran.. Semua bergerombol kecil dan besar dalam urut-urutan yang kacau.. Sementara Beliau hanya terkekeh menertawakan keluguan dan sekaligus bakat ketamakan kami.</span><br /><br /><span style="font-family:verdana;">Kakekku</span><br /><span style="font-family:verdana;">Tepat di hari-hari ini tiga tahun lalu.. Di tengah stroke yang membuatnya tak bisa lagi mengajar mengaji, tak bisa lagi makan seafood dan sayur kampung favoritnya, tak merasakan lagi beda panas dan dingin ... memintaku untuk melafalkan surat Yasin di telinganya.</span><br /><br /><span style="font-family:verdana;">Aku, dengan kenakalan seorang murid yang ingin mangkir. Dengan kebengalan cucu perempuan yang terikat janji bersenang-senang dengan teman lama.. Tak menurutinya ...</span><br /><span style="font-family:verdana;">Hingga esok hari, dan esoknya lagi ... sampai akhirnya aku pulang kembali ke perantauanku.</span><br /><br /><span style="font-family:verdana;">Beberapa bulan sesudahnya, kudengar kabar dari Ibuku, Kakekku berpulang ...</span><br /><span style="font-family:verdana;">Dengan damai, sungguh dalam damai.</span><br /><span style="font-family:verdana;">Dan beberapa hari itu, Beliau tak berhenti memanggil namaku ..<br />Bertanya, di manakah cucunya, bertanya berulang-ulang ...<br />Di mana cucunya yang suara kaki kecilnya berkeletok di lantai ulin. Dimana cucunya yang suara mengajinya ingin ia dengarkan ...</span><br /><br /><span style="font-family:verdana;">Aku jatuh terduduk. Tak bisa melanjutkan sisa pekerjaanku. </span><br /><span style="font-family:verdana;">Saat itu yang kuinginkan hanyalah berwudhu, duduk melafalkan Yasin yang pernah kuutang pada Beliau.</span><br /><span style="font-family:verdana;">Hingga kini, walau beratus-ratus kali pun Yasin kubaca .. tetap rasanya utang itu tak pernah lunas kubayar ...</span><br /><br /></span>Muzdahttp://www.blogger.com/profile/10670847538821178806noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3848240997261939264.post-87483482798521978532009-05-10T23:37:00.005+07:002009-05-10T23:45:05.670+07:00Profesi yang Aku tak Ingin Dilakukan oleh Anak Keturunanku<span style="color: rgb(51, 51, 51);font-size:100%;" ><span style="font-weight: bold; font-style: italic;font-family:verdana;" >1. Pedicurist </span><br /><span style="font-family:verdana;">Membersihkan kotoran kuku kaki orang …?</span><br /><span style="font-family:verdana;">Sementara si Nyonya-Nyonya yang dilayaninya bergosip tentang si ini yang selingkuh dengan suami si itu …</span><br /><span style="font-family:verdana;">Atau melayani gadis-gadis muda yang <span style="font-style: italic;">telpan telpon</span>, meminta uang tambahan pada pacar 1, merencanakan kencan dengan pacar 2, dan mungkin sedang dalam proses pendekatan untuk mendapatkan pacar 3 ..</span><br /><span style="font-family:verdana;">Atau seorang laki-laki homoseksual yang merasa dia lebih tau pekerjaan itu lebih dari pada si <span style="font-style: italic;">pedicurist </span>sendiri. Dengan sok tahu-nya ia menunjukkan perbedaan membersihkan kuku jempol dan kelingking.</span><br /><br /><span style="font-family:verdana;">Oh, pelanggan yang kucontohkan semua tak menyenangkan.</span><br /><span style="font-family:verdana;">Oke, katakanlah si pelanggan ini adalah wanita karir, gadis muda atau Ibu rumah tangga yang ramah ..</span><br /><span style="font-family:verdana;">Apakah kira-kira yang dipikirkan si <span style="font-style: italic;">pedicurist</span> ??</span><br /><span style="font-family:verdana;">Apakah ia senang, iri, atau ada beberapa penyesalan yang menyusup ke otaknya ?</span><br /><span style="font-family:verdana;">Mungkin ia berharap, semoga anak-anaknya suatu saat yang akan berada di kursi nyaman itu, sementara kuku kakinya dibersihkan ?</span><br /><br /><span style="font-weight: bold;font-family:verdana;" >2. Tukang Cuci </span><br /><span style="font-family:verdana;">Pekerjaan ini ada di mana-mana.<br />Lagi pula siapakah yang pada zaman sekarang ini punya banyak waktu untuk mencuci bajunya sendiri ?</span><span style="font-family:verdana;"> Minimal kita melakukannya dengan mesin, atau mungkin mencuci sendiri baju terbagus dan menyisakan yang lain pada <span style="font-style: italic;">laundry service</span>.</span><br /><br /><span style="font-family:verdana;">Maksudku adalah, tukang cuci yang melakukannya dengan <span style="font-style: italic;">mengucek</span>. Dan bukan sembarang baju, tapi dalaman, <span style="font-style: italic;">jeroan</span>.</span><br /><span style="font-family:verdana;"><span style="font-style: italic;">Ufh</span>, aku selalu penasaran dengan apa yang mereka pikirkan saat berusaha membersihkan beberapa noda itu.</span><br /><span style="font-family:verdana;">Rela. Tentu. Itulah pekerjaan mereka.</span><br /><span style="font-family:verdana;">Tapi apakah ada perasaan jijik, merasa hina, atau pikiran bejat yang berhubungan dengan pelet-memelet dan ilmu hitam ??</span><br /><br /><span style="font-family:verdana;"><span style="font-weight: bold;">3. Petugas <span style="font-style: italic;">Cleaning Service</span></span> di <span style="font-style: italic;">club</span> malam atau diskotik.</span><br /><span style="font-family:verdana;">Membersihkan muntahan orang ?</span><br /><span style="font-family:verdana;">Mem-<span style="font-style: italic;">flush</span> toilet yang lupa dilakukan oleh pengunjung yang jangankan untuk menyiram toilet, bahkan mungkin mereka juga lupa apakah sudah <span style="font-style: italic;">pee</span> atau belum ?</span><br /><span style="font-family:verdana;">Mendengarkan ocehan <span style="font-style: italic;">ngaco</span> tak terkontrol mereka yang mabuk ?</span><br /><br /><span style="font-family:verdana;">Mungkin yang para petugas <span style="font-style: italic;">cleaning service</span> ini pikirkan adalah …</span><br /><span style="font-family:verdana;">"Apa yang kaulakukan, orang yang kelebihan duit ? Membuang uangmu untuk membeli minuman yang membuatmu bertingkah seperti orang goblok, hanya untuk dimuntahkan kemudian ?</span><br /><span style="font-family:verdana;">Berapa uang yang kau keluarkan malam ini ? sebulan gajiku ?!"</span><br /><br /><span style="font-weight: bold;font-family:verdana;" >4. Bikini Wax Lady</span><br /><span style="font-style: italic;font-family:verdana;" >What can I say about them ?</span><br /><span style="font-family:verdana;">Bahwa mereka adalah penjaga rahasia paling andal ?</span><br /><span style="font-family:verdana;">Bahwa mereka mengenal setiap lekuk, bentuk, dan juga mungkin motif </span></span><span style="color: rgb(51, 51, 51);font-size:100%;" ><span style="font-family:verdana;">kecantikan, </span></span><span style="color: rgb(51, 51, 51);font-size:100%;" ><span style="font-family:verdana;">keputusasaan, kepercayadirian pelanggannya ?<br /><br /></span><span style="font-family:verdana;">Ah ....<br />Daftarnya bisa menjadi sangat panjang. Tapi cuma itulah yang sekarang bisa kupikirkan.</span><br /><br /><span style="font-family:verdana;">Rasanya, aku tak ingin membuat mereka melakukan itu. Tak ingin aku menjadi pelanggannya, hanya karena aku tak mau melihat mereka berada dekat kakiku, menyunggingkan senyum ramah antara kagum, geli, atau mungkin sinis, dan jijik ..??<br />Senyum yang sayangnya tak terbaca dengan jelas, karena mereka sudah sangat piawai mengukir senyum itu persis seperti keahlian mereka menjalani profesinya.</span><br /><br /><span style="font-family:verdana;">Tapi bila tak ada yang menggunakan jasanya, dari mana mereka hidup ?</span><br /><span style="font-family:verdana;">Bukankah itulah sumber rezekinya ..??</span><br /><br /><span style="font-family:verdana;">Jika ada di antara yang membaca ini berpikir ulang untuk menggunakan jasa mereka, <span style="font-weight: bold;">aku mohon jangan.</span><br />Dan juga jangan timpakan penyebabnya padaku, karena aku sungguh tak berniat memutus rezeki orang.</span><br /><br /><span style="font-family:verdana;">Maaf, aku hanya sedang iseng. </span><br /><span style="font-family:verdana;">Dan seperti keisengan lain, yang satu ini pun tak akan luput dari kemungkinan merugikan orang lain.</span><br /><br /></span>Muzdahttp://www.blogger.com/profile/10670847538821178806noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3848240997261939264.post-29956723080951822862009-05-09T20:30:00.009+07:002009-05-09T20:44:17.539+07:00Takut Kawin<span style="color: rgb(51, 51, 51);font-size:100%;" ><span style="font-family:verdana;">Nikah !<br />Maksudku, takut nikah.<br /><br />Si Muzda takut nikah ??<br />Takut.<br /><span style="font-style: italic;">Scare. Affraid.</span> <span style="font-style: italic;">Freak out.</span><br />Berkebalikan dengan impian <span style="font-style: italic;">other 20-something girls</span> ??<br /><span style="font-style: italic;">O yeah...</span><br /><br />Kenapa ??<br /><span style="font-style: italic;">Uhm ...</span><br />Untuk menjawab pertanyaan ini, berarti aku juga harus membuka cerita lalu yang sudah terkubur jauh di belakang kepala.<br /><span style="font-style: italic;">Haiyah</span>, jangankan berpikir untuk menikah, <a href="http://muzdalifah-muhlan.blogspot.com/2009/02/where-do-we-can-find-love_08.html"><span style="color: rgb(102, 102, 0);">bagaimana rasanya jatuh cinta pun aku sudah lupa.</span><br /></a><br />Lupa rasanya jatuh cinta, takut nikah. Sempurna lah ..<br />Ketakutan ini pernah kugunakan untuk menjawab pertanyaan dari banyak <a href="http://muzdalifah-muhlan.blogspot.com/2009/01/toss-to-sahabat_06.html">wajah yang bersimpati</a>, ketika pernah suatu waktu aku mengakhiri hubungan yang tampaknya akan berlangsung selamanya.<br />Alasan sebenarnya, <span style="font-style: italic;">hohoo</span>... hanya aku, dia, dan Tuhan yang tahu ... Oke, mungkin Tuhan lebih tahu.<br />Tapi memang benar, aku juga takut.<br /><br />Terbalik ..!!<br />Kata orang-orang ...<br />Biasanya ketakutan itu hanya dimiliki oleh laki-laki. Nah ..??!<br /><br />Kapan itu, aku baca tulisan dari <a href="http://anakboncel.net/">Uke Poet</a>. Dia bicara tentang <a href="http://anakboncel.net/2009/04/tantangan-terberat/">tantangan terberat</a>.<br />Katanya...<br /><blockquote style="color: rgb(102, 102, 0);">Tantangan profesi sebagai istri dan ibu itu tidak hanya dipertanggungjawabkan kepada suami, keluarga dan masyarakat yang notabene manusia juga. Namun juga harus dipertanggungjawabkan ke hadapan Sang Khalik.</blockquote><br />Membaca tulisan itu. Membaca kebahagiaan (serunya) hidup pernikahan <a href="http://imelda.coutrier.com/">Mbak Imel</a>, <a href="http://yessymuchtar.wordpress.com/">Mbak Yessy</a>, <a href="http://ceritaeka.wordpress.com/">Mbak Eka</a>, <a href="http://mbakpuak.com/">Mbak Puak</a>...<br />Aku menjadi malu dengan tulisan <a style="color: rgb(102, 102, 0);" href="http://muzdalifah-muhlan.blogspot.com/2009/04/hey-kartini-digugat.html">Kartin</a><span style="color: rgb(102, 102, 0);">i</span>-ku 21 April lalu.<br />Di umur yang -<a href="http://muzdalifah-muhlan.blogspot.com/2009/05/rambut-boleh-sama-hitam.html"><span style="color: rgb(102, 102, 0);">menurut warga kampung Si Mba</span>k</a>- sudah mendekati tua untuk menyandang status <span style="font-style: italic;">single</span><span style="font-style: italic;"> </span>ini, rupanya aku belum pantas disebut sebagai wanita.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">PS :</span><br />* Karena rasanya malu untuk menceritakan hal konyol ini, maka <span style="font-style: italic;">draft</span> tulisan ini sudah tersimpan lama sejak 22 April lalu. Dan untuk memberanikan diri meng-<span style="font-style: italic;">click that little tiny thing named <span style="font-weight: bold;">publish</span> button </span>, aku membius diri lebih dulu dengan <span style="font-weight: bold;">Dream Theater</span>.<br /><br /></span></span><span style="color: rgb(51, 51, 51);font-size:100%;" ><span style="font-family:verdana;">* Ketakutan itu cerita dulu. Sekarang ... <span style="font-style: italic;"><br />Well</span>, sekarang sepertinya aku menginginkannya.<br />Sepertinya <span style="font-style: italic;">sih</span> ...<br />Bila aku bertemu dengan<span style="font-style: italic;"> the right guy</span>,, kita bisa bilang dia jodoh.</span></span><span style="color: rgb(51, 51, 51);font-size:100%;" ><span style="font-family:verdana;"><br />^^<br /><br /></span></span>Muzdahttp://www.blogger.com/profile/10670847538821178806noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3848240997261939264.post-18908375142303602532009-05-06T11:36:00.008+07:002009-05-06T17:51:03.512+07:00Makan Budi<span style="color: rgb(51, 51, 51);font-size:100%;" ><span style="font-family:verdana;">Tulisan yang sebenarnya, tak jadi kuposting.</span><br /><span style="font-family:verdana;">Ini hanyalah pengganti, penyaru, hanya kefrustasian yang adalah pelarian dari rangkaian cerita yang sudah disusun sedemikian panjang.</span><br /><span style="font-family:verdana;">Aku tak mampu memberitakan senada hitam yang aku tahu tak boleh disebar</span><br /><span style="font-family:verdana;">Rupanya kejujuranku terhadang oleh nurani yang sering kuabaikan untuk diriku sendiri, tapi selalu kusaring dengan begitu rapatnya bila menyangkut orang lain.</span><br /><span style="font-family:verdana;">Sering pula, kujadikan diriku sendiri sebagai kambing hitam. Mengambil tali pancung yang sejatinya bukan hukumanku.</span><br /><br /><span style="font-family:verdana;">Martir, kau bilang ?</span><br /><span style="font-family:verdana;">Bukan.</span><br /><span style="font-family:verdana;">Aku hanya sedang naïf.</span><br /><br /><span style="font-family:verdana;">Bukan pula karena aku tak punya keberanian yang tak sampai seketikan kuku Pram, atau seniman lain yang terpenjara karena menyanyikan dendamnya …</span><br /><span style="font-family:verdana;">Tapi karena aku sungguh tak sanggup manyakiti yang kusayang, menyinggung orang yang disayang kesayanganku.</span><br /><br /><span style="font-family:verdana;">Jadi di sini hanya ada tiga paragraf terakhir dari tulisan aslinya..</span><br /><span style="font-family:verdana;"> <span style="color: rgb(102, 102, 0);"> </span></span><blockquote><span style="font-family:verdana;"><span style="color: rgb(102, 102, 0);">Sang Putri jelmaan termakan budi sampai tak bisa bernafas manabila rantai makanannya terputus.</span></span><br /><span style="color: rgb(102, 102, 0);font-family:verdana;" > Dan ia, tak lupa juga, dengan kebajikan seorang teman yang penyayang, memberikan sebutir pasir dari gunungan kemewahan budi yang dikaruniakan padanya.</span><br /><span style="color: rgb(102, 102, 0);font-family:verdana;" > Sebutir pasir yang dimaksudkan sebagai jerat budinya bagi si teman yang tak beruntung.</span><br /><span style="color: rgb(102, 102, 0);font-family:verdana;" > Untuk bisa menjadi dayangnya. Menjadi juru bicaranya. Menjadi alibinya.</span><br /><br /><span style="color: rgb(102, 102, 0);font-family:verdana;" > Dan si dayang yang tak rela itu berontak.</span><br /><span style="color: rgb(102, 102, 0);font-family:verdana;" > Ia tahu ia lebih tinggi harganya..</span><br /><span style="color: rgb(102, 102, 0);font-family:verdana;" > Budi itu tak ia minta, tak diharapkannya, tak juga ia nikmati.</span><br /><br /><span style="color: rgb(102, 102, 0);font-family:verdana;" > Kepadamu, aku bicara.. wahai orang yang terlahir sebagai pemimpin, berhentilah mengambil tempat di belakang.</span><br /><br /></blockquote><br /></span>Muzdahttp://www.blogger.com/profile/10670847538821178806noreply@blogger.com